Jurnalismalang.com – Untuk mengkaji lebih dalam peluang dan terobosan terkait pelestarian obat- obatan di Indonesia, Universitas Brawijaya (UB) Malang menggelar Seminar Nasional dan Expo Jamu Jawa Timur 2023, di Aula Pasca Sarjana Lantai 7 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB),pada Rabu (13/09/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno menyampaikan apresiasi tinggi atas digelarnya kegiatan tersebut.
Menurutnya, Dewan Jamu Indonesia (DJI) Jawa Timur bukan hanya wadah pelestarian dan scientifikasi jamu Jawa Timur, namun juga sebagai implementasi dan eksekusi dari program-program yang mengacu kepada semangat 3si, yakni inovasi, adaptasi dan kolaborasi.
“Jamu-jamu ini harus terus berinovasi mengikuti tren terkini, selanjutnya adaptasi, jamu ini harus masuk ke digitalisasi dan yang terakhir adalah kolaborasi, bagaimana jamu ini juga akan melibatkan semua pihak,” terangnya.
Semangat 3si itu kemudian dilengkapi dengan semangat 3G, yakni gerak cepat atau gercep, gerak bersama atau gebem dan garap semua potensi atau gaspol.
“Untuk memberikan kontribusi positif kita harus gerak cepat, dan yang kedua adalah gerak bersama, karena ini adalah bagian dari prinsip ekonomi yang penuh keterbukaan dan berkeadilan dengan gerak bersama dengan prinsip gotong-royong, kemudian yang terakhir adalah gaspol, garap semua potensi untuk ciptakan lapangan kerja,” imbuhnya.
(Prof. Sasmito Djati Ketua Panitia Sarasehan dan Ketua Dewan Jamu Indonesia saat ditemui awak media)
Ditemui terpisah, Ketua Panitia Sarasehan Peresmian DJI Jatim, Prof. Sasmito Djati menyampaikan bahwa Jawa Timur memiliki potensi besar dalam hal pengembagan jamu, dimana potensi besar itu ada pada UMKM, namun masih memiliki kelemahan.
“UMKM banyak kelemahannya, harus kita tahu betul, seperti jamu gendong itu, kita tidak tahu kualitasnya, padahal kalau kita mau masuk hasil yang berkualitas, harus terjamin kualitasnya, kemudian jamu di Indonesia ini belum terlindungi dengan baik dalam hal kebijakan, tujuannya kami ingin mensejahterahkan pengrajin jamu dan menduniakan jamu,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Jamu Indonesia, Mayjen TNI (Purn.) dr. Daniel Tjen, Sp. N mengatakan, leluhur kita sudah menempatkan jamu ditempat yang terhormat, yang artinya eksistensi jamu itu sendiri sudah lama.
“Dari aspek kekayaan alami kita, kita adalah negara yang paling kaya, dimana dari 40 ribu pohon yang sudah dikenal dan diakui berpotensi sebagai sumber bahan baku obat, 30 ribu ada di Indonesia,” terangnya.
Ia menambahkan, sesuai dengan filosofi Djampi Husodo, jamu bukan hanya suatu produk tapi berbagai kearifan lokal di bidang kesehatan, kebugaran, sudah menjadi satu bagian integral dari budaya lokal dan menjadi satu kesatuan, dan itulah yang akan diangkat.
“Agustus lalu ada pertemuan global di India oleh WHO, yang menyorot keberadaan kesehatan tradisional di beberapa negara, dan pada saat pandemi, mata kita dibukakan bahwa obat-obat tidak ada yang efektif untuk itu, dan WHO sendiri mengatakan bahwa mereka mengajak beberapa negara yang telah memasukkan komponen kesehatan nasional itu didalam sistem kesehatan nasional, bergabung dengan kedokteran konservatif yang sudah ada, dan kita berpotensi besar,” tukasnya. (DnD)