Malang- Meredanya ketegangan pasca insiden penyerangan, terhadap kelompok mahasiswa asal Maluku di kawasan kampus Wisnuwardhana dua pekan lalu, tak lepas dari campur tangan lintas komunitas lokal Malang, yang menginisiasi ikrar perdamaian diantara kelompok pemuda pendatang yang tengah bertikai.
Sebagai apresiasi atas peran nyatanya selaku salah satu inisiator islah, d’Kross Community dan perwakilan Pemkot Malang mendapat undangan langsung dari Komandan Lantamal 7 Kupang, Brigjen TNI (Mar) Siswoyo HS untuk menghadiri sarasehan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Nusa Tenggara Timur.
Komandan Lantamal 7 Kupang, Brigjen Siswoyo mengatakan, dari hasil pertemuan dengan Gubernur NTT, Wakapolda, Kasrem, Danlanud El TariKupang dan para tokoh masyarakat Maluku yang ada di NTT, pihaknya sepakat untuk kesediaan saling menjaga masyarakat Maluku yang ada di NTT serta sebaliknya juga keselamatan warga NTT di Maluku.
“Ini semua demi menjaga kedamaian dan terciptanya suasana kondusif,” katanya, Senin (28/03/2016).
Menurutnya, aksi anarkisme menjurus pada isu SARA jangan sampai terjadi lagi, khususnya di wilayah Malang.
“Harus ada kesepahaman demi mencegah tragedi serupa terjadi lagi. Sebagai warga asli Malang saya harus turun tangan langsung untuk melakukan koordinasi dengan Forkopimda NTT dan tokoh masyarakat,” ungkap Pembina Grup Musik D`kross, grup asal Kota Malang itu.
Di NTT sendiri, koordinator Aremania Kupang, Agung Yudianto mengakui jika selama ini dirinya dan warga NTT hidup berdampingan dan selalu rukun.
“Kami hidup rukun karena tingginya toleransi antar warga lokal dengan para pendatang,” tuturnya.
Sementara itu, Ade Herawanto selaku pimpinan rombongan d’Kross dan perwakilan Pemkot Malang mengungkapkan, sejalan dengan kedatangan rombongan asal Malang ke Kupang, alangkah mulianya jika nanti juga berujung adanya nota kesepahaman dengan kepala daerah NTT, terkait ikrar damai dari warga Malang.
“Kami akan selalu welcome kepada siapapun pendatang, tentunya mereka juga harus menjunjung tinggi perdamaian di Bhumi Arema,” seru Ade yang juga menjabat Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Malang ini.
Ia menambahkan, nota kesepahaman hanya untuk pendatang dari suku Sumba atau NTT saja yang datang ke Malang, namun berlaku juga untuk semua pendatang.
“Kita jaga bersama kondusifitas daerah dimana tanahnya kita pijak,” pungkasnya.
Sebelumnya, kerusuhan antar mahasiswa NTT dan Ambon yang terjadi di kawasan kampus Universitas Wisnu Wardhana Malang mengakibatkan salah satu mahasiswa tewas, yaitu Nasehon Leplepem, mahasiswa asal Ambon yang nyawanya tidak tertolong setelah mengalami luka tusuk di bagian dada sebelah kiri.(DnD)