MALANG – Hasil penelusuran dari Tim Ahli Cagar Budaya ( TACB) Kota Malang beberapa minggu lalu yang menyidak langsung ke lokasi goa bawah tanah yang menurut laporan warga Tlogomas gang IX Kota Malang adalah bunker. TACB menegaskan, jika goa tersebut bukan bunker melainkan goa sumber air.
“Bukan bunker ya, itu sumber air atau DAS,” ujar Budi Fathoni, anggota TACB yang berprofesi sebagai Dosen di ITN Kota Malang.
Imam Musyaffak, Ketua Pokdarwis Tlogomas menceritakan penemuan goa sumber air tersebut. Dikatakan jika goa tersebut ditemukan saat sedang membuat konsep destinasi wisata di kawasan tersebut.
“Saya mencari celah ketempat gua yang lebih lebar ternyata terkuruk. Dan ada tumpukan sekitar 2m. Akhirnya kita buat tangga. Pas saya cangkul ternyata rontok dikit-dikit. Akhirnya saya masih cari celah. Ternyata saat kita keruk dikit-dikit akhirnya bisa dilalui orang tapi harus merangkak. Tapi sudah kita periksa untuk masuk sampai kedalam masih bisa bernafas enak. Tidak pengap kok,” terangnya.
Sementara itu, Dinas Pariwisata yang diwakili Agung H Buana mengatakan jika kawasan Karuman ini berpotensi menjadi destinasi wisata heritage dan wisata alam, karena disini terdapat tempat yang bersejarah dengan kawasan yang masih rindang dan memiliki sungai yang bisa digunakan untuk rafting.
“Sudah memenuhi syarat destinasi. Yang penting bukan maslaah ada fasilitas apa tidak tapi pemberdayaan warganya sudah siap apa belum. Kalo blm ya gak akan jadi destinasi yang berpotensi dikembangkan. Ini kembali kepada masyarakat apapun yang dilakukan oleh kita selaku Pemkot kembalinya juga kepada masyarakat, seringkali ada wisata tapi warganya menentang dan disni ada keunikan karena disini warganya menginginkan. Tinggal perlu didorong saja,” ujar pria yang juga sekretaris dari TACB tersebut.
Apalagi, lanjut Agung ada laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup yang kesini dan sebagai daerah yang dilewati harus punya satu bentuk kepedulian melalui konservasi lingkungan dan berbasis kepada masyarakat, “Dengan adanya ini mengurangi angka kriminalitas. Kedua mungkin kalo banyak masyarakat belum paham sering bedili burung hal itu sudah menjadi kewajaran.
Karuman gua alam ini garus jadi menu destinasi heritage. Tidak hanya alam tapi juga sejarah. Memang kalau kita bandingkan dengan tempat lain jarang ada menu paket lengkap. Apalgi akan ada wisata outbond akan sangat menarik,” lanjutnya.
Sementara itu, untuk goa sumber air yang ada di Karuman ini, Agung menjelaskan jika penilaian awal dari TACB hanya pada satu sektor, “Kalau dmungkinkan akan ada pertimbangan dari tim TACB. Apa akan dilaksanakan penelusuran atau tidak. Ada yang bilang juga pada tahun 1945 hampir semua warga masuk ke gua itu untuk bersembunyi. Artinya ini bukan gua yang kecil tapi besar. Namun demikian kita juga harus hati-hati melihat struktur tanahnya juga labil sekali untuk saat ini tidak perlu masuk dulu karena faktor keamanan dan lainnya. Termasuk daerah aliran sungai kita cata dan akan kita laporkan,” tutup Agung.
Mengenai destinasi wisata yang akan dibuat di Karuman, Budi Fatoni menambahkan jika kedepan pihaknya sudah mulai membuat jadwal supaya jelas progres yang akan dilakukan.
“Untuk kedepan kita sudah mulai membuat jadwalnya supaya jelas progres yang akan kita lakukan. Saya hanya mamantau untuk membantu gambar artinya gambar bisa ditempatkan jika aset yang sudah menjadi aset aman secara legal. Kalo sudah terkumpul kita ketemu lagi baru kita rembung bareng lagi,” imbuhnya.(Mey/Dnd)