Waspada Suhu Dingin di Malang, Warga Jangan Lupa Konsumsi Air Putih

(Ilustrasi foto embun membeku di Gunung Bromo)

Jurnalismalang – Beberapa hari terakhir, sejumlah warga di Malang Raya mengeluh suhu udara di Malang terasa lebih dingin daripada biasanya pada malam hingga pagi hari.

Ya, hal di atas karena Malang Raya memasuki musim kemarau dan istilah umumnya ‘bediding’. Kondisi ini menyebabkan suhu pada malam dan pagi hari sangat dingin, sedangkan cuaca pada siang hari tergolong sejuk meski matahari bersinar terik.

Bahkan melansir laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Juanda, suhu udara mencapai 15 derajat Celsius pada minggu-senin, 14-15 Juli 2024.

Sedangkan suhu pada siang hari mencapai 27 derajat Celsius, dengan kelembaban udara antara 75 persen hingga 90 persen. Begitu juga dengan suhu udara di wilayah Kabupaten Malang. Suhu pada malam dan pagi hari berkisar antara 15 hingga 22 derajat Celsius.

Malang Raya juga diprakirakan tidak mengalami hujan sepanjang pekan ini. Dimana sinar matahari dilepaskan langsung ke atas, sehingga menyebabkan Udara terasa dingin meski di tengah musim kemarau.

Terpisah Pety Yuliana Sari, S.Tr, Forecaster Stasiun Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Timur (Jatim) dalam pernyataan tertulisnya juga menjabarkan bahwa hawa sejuk ini masih belum seberapa. Akan ada puncak dingin di Agustus dan September.

“Fenomena seperti ini fenomena normal. Kalau warga menyebut sebagai bediding yang terjadi pada musim kemarau,” bebernya

Dengan demikian, masyarakat dihimbau agar rajin menjaga kesehatan tubuh supaya tidak dehidrasi dengan rajin meminum air putih yang cukup. Walaupun saat ini tidak merasa haus, namun harus tetap mengkonsumsi air putih.

Selain itu, saat hendak keluar ruangan, juga diupayakan menggunakan pelindung kulit seperti sunblock. Walaupun dingin, tetapi sinar radiasi ultraviolet (UV) tetap menyengat.

Kemudian, durasi kemarau diperkirakan empat sampai lima bulan. Dan tahun ini pula, diperkirakan mengalami La Nina. Berbeda dengan tahun kemarin yang mengalami fenomena El Nino.

Dampak utama dari fenomena La Nina adalah peningkatan curah hujan yang lebih panjang dan signifikan sehingga bencana hidrometeorologi rawan terjadi di pelbagai wilayah.

“Kalau tahun kemarin mengalami El Nino jadi musim kemaraunya lebih kering, dampaknya berkurangnya curah hujan, kalau tahun ini prediksinya La Nina,” pungkasnya (DV/DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top