Workshop “Sarjana Sastra Mau Jadi Apa?”, Berikan Pencerahan Bagi Lulusan Humaniora

Jurnalismalang.com – Melalui workshop bertajuk “Sarjana Sastra Mau Jadi Apa?” yang digelar di Gedung Rektorat UIN Malang, pada Selasa (07/05/2024) dan diprakarsai oleh Komunitas PESONA Humaniora, mahasiswa Fakultas Humaniora UIN Malang khususnya semester 4, berkesempatan untuk mengeksplorasi peluang bisnis dan kewirausahaan.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Malang, Dr. Galuh Nur Rohmah, MPd., mengatakan, workshop entrepreneurship tersebut merupakan salah satu fasilitas pembinaan kepada mahasiswa, untuk memberikan penguatan tentang kewirausahaan, mulai dari bagaimana membangun mindset entrepreneur, sampai bagaimana menentukan karir sejak dini atau saat masih berada di bangku kuliah.

“Jadi ini salah satu kurikulum yang saat ini juga perlu ditekankan kepada mahasiswa. Harapannya mahasiswa memiliki sebuah ancang-ancang, bagaimana mereka akan menyusun karir sejak di bangku kuliah, karena jiwa entrepreneurship ini akan terinternalisasi di berbagai bidang, termasuk di bidang Sastra,” jelasnya.

Lebih lanjut Dr. Galuh menyampaikan, kegiatan tersebut akan dilakukan secara rutin melalui pembinaan secara gradual atau berkala, dengan berbagai macam fokus seperti workshop “Sarjana Sastra Mau Jadi Apa?”, dan akan diikuti oleh mahasiswa mulai semester 4.

Dalam acara workshop tersebut juga diadakan sesi bedah Novel “Tak Kenal Maka Ta’aruf”, dengan menghadirkan penulisnya yakni Mim Yudiarto, serta salah satu Dosen terkemuka Fakultas Humaniora UIN Malang, yang sekaligus berperan dalam penulisan naskah Film Novel yang menurut rencana akan tayang serentak di Bioskop pada pertengahan 2024, yakni Miss Whida.


(Miss Widha saat menjelaskan bagaimana proses menulis script film dalam bedah buku di UIN Malang)

Dalam kesempatan tersebut, Miss Whida
menuturkan bahwa keterlibatannya dalam Film tersebut dimaknai sebagai sebuah takdir, pasalnya Ia diberi tugas secara spontan untuk menulis script Film, pada saat sesi obrolan sebelum bedah buku, padahal sudah ada penulis skenario sebelumnya. Dan Ia mengaku tidak terlalu mengalami kendala selama proses penulisan script.

“Tantangannya tidak ada yang lebih berat daripada menyatukan visi dan misi dari tiga kepala yang berbeda, itu mabok banget. Ini Film layar lebar pertama saya, biasanya saya garap Film Indie,” tutur Miss Whida.

Sementara itu, Penulis Novel “Tak Kenal Maka Ta’aruf”, Mim Yudiarto mengaku sedikit kebingungan pada saat awal menulis Novel romance, pasalnya Ia merupakan penggemar action thriller dan seorang penulis puisi romantis, dimana penulis puisi memiliki perbedaan tersendiri dengan penulis novel.

“Awalnya sih saya agak kebingungan. Saya penulis puisi yang mayoritas romantis. Tapi novel kan berbeda ya, bagaimana memulai sebuah romantika dalam sebuah alur novel, itu berbeda saat saya membuat genre action thriller, itu jauh lebih mudah. Kalau thriller action jauh mendidih ya, kalau romance itu saya harus cool, kalem, gitu ya,” ujarnya.

Mim juga berpesan kepada mahasiswa Fakultas Humaniora UIN Malang, agar bukan untuk menjadi seorang Sastrawan, karena Sastrawan hanya istilah saja, dan menyelesaikan tulisannya bagi mereka yang gemar menulis, jangan berhenti di detik apapun, karena saat tulisan itu sudah selesai, maka penulis itu sudah membuat sebuah legacy, sebuah monumen sendiri bagi si penulis.(DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top