Jurnalismalang – Tantangan Pemkab Lumajang saat ini selain bencana alam, adalah sunting, inflasi, dan kemiskinan ekstrim yang masuk dalam program nasional dan daerah. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lumajang, Drs. Agus Triyono M.Si, saat acara penandatangan kerja sama antara Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) dan Pemkab Lumajang, di Ruang Rapat Rektorat Kampus 1 ITN Malang, pada Rabu siang (24/04/2024).
“Kita melihat secara umum Kabupaten Lumajang menghadapi kompleksitas masalah, namun sekaligus memiliki banyak opportunity (kesempatan) di sana. Termasuk kearifan lokal dari masyarakat dalam hal mengelola kebencanaan dan bagaimana berhadapan dengan bencana alam sedemikian rumitnya. Mereka (masyarakat) berusaha survive dan terus mengembangkan potensinya,” ujar Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D.
ITN Malang berharap bisa berkontribusi dalam penanganan bencana, mengatasi stunting, inflasi, kemiskinan ekstrim dengan teknologi pangan. Kondisi ini bisa tertangani dengan adanya kolaborasi bersama pemangku kepentingan dengan membangun sistem yang lebih terintegrasi. Bersama-sama bisa memantau kondisi terkini baik kondisi alam maupun masyarakat. Sehingga kejadian-kejadian yang menimbulkan kerugian bisa teratasi.
“Banyak sekali peluang yang bisa dikerjasamakan dan ditingkatkan, sehingga bisa memberikan solusi serta memberdayakan masyarakat di Kabupaten Lumajang. Selama ini para dosen kami sudah sering terlibat di dalam penyusunan kebijakan pembangunan kota maupun kabupaten khususnya di Indonesia Timur,” tambahnya.
Rektor juga berharap kerja sama bisa terus berlanjut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Lumajang. Sehingga masyarakat tertarik untuk melanjutkan pendidikan sarjana maupun pascasarjana di ITN Malang. Apalagi tahun ini ITN Malang telah membuka Program Doktor Manajemen Rekayasa (PDMR).
(Rektor ITN Malang bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lumajang, Drs. Agus Triyono M.Si, usai melakukan tandatangan kerjasama)
Sekda Kabupaten Lumajang, Drs. Agus Triyono M.Si, berharap ITN Malang bisa membantu program-program nasional yang dikejar oleh pemerintah pusat, yakni menangani stunting, inflasi, dan kemiskinan ekstrim yang diharapkan nol persen di tahun 2024.
“Stunting mungkin bisa disentuh secara teknologi. Kemudian inflasi bagaimana mengendalikan harga. Kami sudah melakukan dengan menjaga ketersediaan bahan pokok. Ini bisa disentuh dengan teknologi agar bisa mengatur produksi pertanian. Serta kemiskinan ekstrim. Ketiganya menjadi tantangan kami,” jelasnya.
Hal tersebut merupakan tiga prioritas pokok yang harus segera tertangani disamping masalah pencegahan bencana alam. Seperti halnya kejadian Kamis, 18 April 2024 lalu wilayah Lumajang terjadi bencana banjir dan tanah longsor akibat lahar Semeru. Ini dipicu adanya hujan dengan intensitas tinggi dan dengan durasi lama.
“Kami sangat senang berhasil menjalin kerja dengan ITN. Terkait fenomena alam yang sedang dialami oleh Kabupaten Lumajang 18 April 2024 kemarin. Ada hujan lebat di lereng Semeru hingga berdampak di Lumajang kota. Hingga Pj Bupati Lumajang menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 hari,” terangnya.
Menurut Agus, ITN Malang sebagai kampus teknik yang paham teknologi nantinya bisa membantu kesiapan warga Lumajang khususnya di daerah rawan bencana dengan teknologi early warning system (sistem peringatan dini).
“Barangkali teknologinya bisa seperti itu. Untuk memantau getaran tertentu saja. Dengan early warning bisa membantu kesiapan kami khususnya warga sekitar Gunung Semeru. Disamping memantau getaran dari Semeru bisa juga untuk (memantau) banjir,” tuntasnya. (DnD)