Jurnalismalang.com – Kurang lebih sudah selama 1 minggu terakhir, masyarakat Malang Raya diresahkan dengan langkanya elpiji 3 kg (melon), akibat meningkatnya jumlah permintaan, sementara pasokan terlambat.
Menanggapi hal tersebut, Walikota Malang, Sutiaji mengatakan, kelangkaan elpiji melon yang terjadi di beberapa wilayah Malang Raya, merupakan suatu hal yang tidak terduga (unpredicted) sebelumnya, dampak dari libur panjang (long weekend) beberapa waktu lalu.
“Saya sudah dapat informasi, ada penambahan 4 persen kuota elpiji melon di Kota Malang, mulai besok tanggal 31 Juli,” katanya.
Dengan adanya penambahan kuota tersebut, pihaknya memastikan stok elpiji melon aman, sehingga Ia menghimbau kepada masyarakat agar tidak panik.
“Stok yang besok dan lusa, sudah mau dikeluarkan. Karena nanti mulai tanggal 31, ada penambahan stok 4 persen, sehingga Insya Allah tertutupi. Mangkanya masyarakat tidak usah panik, tugas kami adalah nanti memantau di lapangan, jangan sampai ada permainan penimbunan plus kenaikan harga,” terangnya.
Sutiaji memastikan tidak ada penimbunan elpiji melon di Malang, dan kelangkaan elpiji yang sedang terjadi saat ini, adalah murni akibat tingginya permintaan, akibat jumlah kebutuhan masyarakat meningkat.
“Maka yang dilakukan oleh depo Pertamina itukan melakukan pembatasan pembelian. Kemarin itu ada 1 orang beli 5 sampai 7 elpiji, sekarang untuk warung itu dibatasi 3 tabung elpiji, itu mungkinkan 2 hari, nanti setelah habis, ngambil lagi,” jelasnya.
Ditanya perihal adanya informasi yang beredar terkait kemungkinan konversi elpiji 3 kg warna hijau menjadi elpiji 3kg warna pink, yang sempat membuat masyarakat khawatir dan takut, Sutiaji mengungkapkan bahwa informasi tersebut belum pasti kebenarannya, karena saat ini pengetatan pembelian elpiji melon tersebut dilakukan, akibat kekhawatiran adanya penyalahgunaan pembelian elpiji 3 kg.
“Dilakukan pengetatan itu karena khawatir salah sasaran. Yang melon itukan sebetulnya kan yang subsidi, ternyata banyak warung besar yang semestinya dia tidak menjadi kelompok bersubsidi, dia pakai yang melon, tapi besarnya kebutuhan itu belum terpantau,” tukasnya. (DnD)