Jurnalismalang – Tim Doktor Mengabdi-Kuliah Kerja Nyata Tematik (DM-KKNT) Universitas Brawijaya (UB) kolaborasi antara Fakultas MIPA dan Fakultas Peternakan mendampingi kelompok peternak “Sanan Jaya” di Kampung Sanan, Kelurahan Purwantoro, Blimbing, Malang, dalam menghadapi virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Kegiatan yang sudah dimulai sejak Juli 2022 ini, meliputi pelatihan pembuatan silase atau pakan ternak yang diawetkan, serta memberikan bantuan mesin chopper.
Ketua Tim DM Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S menyampaikan, Kampung Sanan dipilih menjadi lokasi penerapan DM-KKNT tahun ini, karena memiliki kondisi yang cukup unik namun memprihatinkan. Berada di tengah kota dengan perumahan yang sangat padat dan berhimpitan, namun memiliki peternakan yang cukup besar tergabung dalam kelompok ternak “Sanan Jaya”.
“Sebenarnya Kampung Sanan adalah produsen tempe, yang kemudian ternak sapinya digunakan untuk menghabiskan limbah tempe, yaitu kulit ari kedelai, air rebusan, dan rendaman kedelai yang dihasilkan agar tidak merusak lingkungan. Namun sejak munculnya virus PMK, ternak warga menjadi sangat berkurang jumlahnya dan terjadi kepanikan untuk menjual ternaknya atau dipotong paksa, sampai saat ini tinggal 25 persen, banyak kandang yang kosong,” papar Sasmito.
Berkurangnya jumlah ternak tersebut tentunya menimbulkan banyak permasalahan. Mulai dari menimbulkan kerugian, yakni sapi yang seharusnya dapat terjual di harga 20 juta, terpaksa terjual di harga 9 jutaan. Lalu karena jumlah ternak berkurang, dan jumlah produksi tempe yang tetap membuat limbah tempe mejadi terbuang dan mengotori lingkungan, karena sebelumnya warga memelihara ternak sesuai dengan kebutuhan untuk menghabiskan limbah yang diproduksi.
“Untuk itu kami memberikan pelatihan pembuatan silase demi membantu pengawetan pakan hijauan untuk ternak warga, agar tidak membeli pakan hijauan setiap hari. Keberlanjutan ketersediaan pakan hijauan sangat penting bagi usaha penggemukan sapi, sehingga teknologi pengawetan pakan hijauan diperlukan untuk dapat menjaga ketersediaan pakan hijauan,” jelas Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi ini.
Sebelumnya, pakan sapi sehari-hari hanya diberi pakan limbah pembuatan tempe yang mengakibatkan kotoran encer akibat kurang sumber serat dan kenaikan bobot badan tidak sesuai harapan yang mengakibatkan lamanya waktu penggemukan.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa ini dilakukan hingga bulan Nopember 2022. Selain pelatihan pembuatan silase, tim juga memberikan sosialisasi terkait PMK, pembuatan disinfektan menggunakan bahan alternatif, biosekuriti kandang, dan pembuatan kompos.
Sasmito menerangkan, selama pendampingan, warga Kampung Sanan perlahan-lahan berhasil bangkit dari serangan virus PMK.
“Masyarakat tetap mengambil sisi positif dan memiliki keinginan untuk melanjutkan beternaknya daripada merasa terpuruk dan menunggu dikasihani,” katanya.
Ia juga berpesan kepada warga untuk terus semangat untuk kembali beternak dan siap membantu dalam pemulihan pasca PMK.
Sementara itu Andre, salah satu anggota tim mengimbau kepada warga agar tidak panik karena PMK bisa diatasi dengan biosafety dan biosecurity yang ketat dan mampu berdampingan dengan virus PMK.
“Saya harap pendampingan ini bisa membantu masyarakat pengrajin tempe sekaligus sebagai peternak untuk pulih cepat lagi, dan siap untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lain,” pungkas Andre. [MSD/Irene]