Guru Besar UB Malang Kritisi Menjamurnya Wisata Tematik dan Potensi Minyak Atsiri

Jurnalismalang – Banyaknya wisata tematik yang lagi trend di beberapa daerah, membuat salah satu Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Lingkungan dan Pariwisata FMIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Luchman Hakim SSi MAgr Sc PhD angkat bicara dan mengeluhkan wahana wisata tematik yang berdampak pada rusaknya aspek lingkungan.

Prof Luchman Hakim SSi MAgr Sc PhD mengungkapkan, pembangunan wahana wisata tematik memang sedang digemari oleh generasi millenial untuk melakukan selfie di beberapa spot yang dianggap menarik, akan tetapi beberapa batu yang banyak dicat di Sungai Amprong dan beberapa bangunan bersejarah banyak yang dicat dengan gambar atau mural, padahal dengan warna dasar putih saja semua sudah tampak menarik atau batu alam yang tidak perlu diwarnai.

“Apa penggagas wisata tematik itu tidak membayangkan serangga yang tersesat akibat ada warna cat, sehingga tidak bisa menyerbungi bunga dan membuat pohon tidak berbuah. Pengembangan potensi wisata memang sangat penting, tapi jangan ngawur untuk membuat destinasi wisata baru, karena destinasi wisata alam adalah sebuah entitas ekosistem dan saya yakin orang yang berwisata itu hanya sekali atau dua kali saja. Saat sudah pernah kesana dan sudah foto selfie, biasanya tidak akan datang lagi dan akan cari tempat wisata lain, padahal bagaimana ekositem yang telah rusak disana untuk wisata musiman itu,” jelas Prof Luchman Hakim SSi MAgr Sc PhD di Ruang Senat UB Malang.

Sementara itu Profesor Bidang Ilmu Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Drs Warsito MS menyampaikan, usia produktif di Indonesia lebih tinggi dibandingkan yang tidak, akan tetapi hal itu bisa menjadi ancaman karena gaya hidup remaja yang suka lemak dan gula tinggi, yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif atau tidak menular meningkat, seperti hipertensi, muncul penyakit lain seperti jantung, gagal ginjal, diabet dan rusaknya hati yang sangat membahayakan.

“Ironisnya kebutuhan obat industri farmasi belum mampu membuat bahan baku obat, sehingga perlu import ke China dan India sebesar 1.3 Milyar dolar per tahun, tentu ini sangat disayangkan karena di Indonesia ada Sumber Daya Alam yang bisa dieksplor untuk bahan baku obat, salah satunya minyak Atsiri yang banyak digunakan di kehidupan sehari-hari seperti pasta gigi, sabun mandi, parfum. Selain itu minyak Atsirih bisa digunakan untuk menekan Stroke, Hipertensi dan banyak Spa menggunakan bahan baku minyak Atsiri untuk memberi aroma menenangkan,” pungkas Guru Besar yang telah didekati oleh PT Martha Tilaar untuk mengembangkan penemuannya itu. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top