Malang – Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Pembinaan Teritorial (Binter) TNI AD, serta untuk menyamakan visi, misi dan persepsi guna mendapatkan masukan konsep penyelenggaraan Binter kedepan dan mendorong lembaga pemerintah untuk dapat meregulasi peraturan dan perundangan, yang dituangkan dalam Seminar Nasional untuk menjawab kondisi faktual bangsa.
Menurut Letjend TNI M. Erwin Syahfitri, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad), dirinya ingin menyamakan persepsi dan obyektif tentang penguatan sistem pertahanan negara dan kedatangannya ke Universitas Brawijaya, memang ingin mendapatkan masukan dari mahasiswa dan civitas akademika, dengan adanya gagasan, deregulasi operasi militer.
“Binter dulu sempat jadi momok di masyarakat, karena banyak yang salah persepsi, tapi panjang perbatasan kita yang mencapai dua ribu kilometer, akan siap diamankan oleh tiga angkatan yang ada. Apalagi baru saja ditemukan ladang ganja di tanah Papua, yang biasanya ganja banyak ditemukan di Aceh, ini adalah salah satu bentuk ancaman, bukan lagi ancaman perang tapi bentuk Proxy War,” ungkap Wakasad Angkatan Darat usai membuka Seminar Nasional Pembinaan Teritorial di Universitas Brawijaya, Rabu (21/09/2016).
Lebih lanjut Letjend TNI M. Erwin Syahfitri menambahkan, penyelundupan barang-barang ilegal dari luar lewat daerah perbatasan, serta obat obatan terlarang, akan menjadi perhatian serius bagi seluruh angkatan di Indonesia.
“Tidak ada pembentukan batalyon khusus untuk secara khusus mengawasi perbatasan, tapi seluruh angkatan sesuai teritorial terdekatnya akan melakukan pengawasan,” tandasnya.
Untuk diketahui peserta Seminar Nasional Pembinaan Teritorial ke-2 Tahun 2016 ini, diikuti oleh anggota TNI Polri, pejabat, karyawan dari lembaga dan kementerian, ormas, mahasiswa universitas negeri dan swasta dari Malang Raya.(DnD)