Jurnalismalang – Pembangunan desa lewat Mahasiswa Membangun 1000 Desa yang diinstruksikan oleh Prof. Widodo, S.Si.,M.Si.,Ph.D.Med.Sc Rektor UB, mendapatkan banyak apresiasi dari masyarakat, pemerintah daerah hingga beberapa kementerian yang langsung fokus mengamati kinerja ribuan Mahasiswa Universitas Brawijaya.
Dengan harapan untuk memudahkan desa menyampaikan potensi atau kegiatan-kegiatan ke dunia luar, Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan sebuah platform aplikasi yang diberi nama Desaverse.
Perlu diketahui, Desaverse merupakan hasil inovasi dari kerjasama antara UB dengan PT Borsya Digital Smartindo (BDS).
“Desaverse ini nantinya akan dapat dipergunakan untuk seluruh desa yang menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan Mahasiswa Membangun Desa (MMD). Kebetulan Pilot Project-nya di Tulung Rejo kota Batu yang menjadi salah satu dari tiga desa yang responnya cepat dengan program Desaverse ini. Dua desa lainnya adalah Desa Kalipuro dan Desa Osing Kemiran kota Batu,” jelas Dosen Pembimbing Lapang MMD Tulungrejo Batu, Ir. Endra Yuafanedi Arifianto, ST., MT.
Menurutnya, pengembangan aplikasi desaverse tersebut bersifatnya real time (streaming atau live), dan mampu mengeksplorasi semua potensi desa, seperti ekonomi masyarakat, sektor UMKM, sektor pertanian, seni budaya, dan pariwisata.
Desaverse diakui saat ini tengah dalam proses penyiapan badan hukum, sebagai antisipasi agar tidak diambil oleh pihak lain.
“Dengan Desaverse ini, diharapkan setiap orang yang berperan di desa dapat melakukan laporan kegiatan yang menarik layaknya jurnalis sehingga diharapkan ke depan sifatnya profitable sehingga bisa menjadi lapangan pekerjaan di desa yaitu bidang start up,” katanya.
Dalam jangka pendek ini menurut Endra Desaverse akan dapat mewadahi output dari MMD dimana kegiatan di 1.000 desa dapat dimasukkan dalam Desaverse dari 39 Kabupaten dan 1 Kota Batu terkait kegiatan di berbagai desa tersebut.
“Program MMD dari UB ini disambut sebagai program besar yang direspon positif oleh dunia industri dimana ribuan sumber daya manusia mahasiswa diterjunkan langsung ke masyarakat dengan pendampingan 500 lebih dosen pendamping. Apalagi kegiatan ini merupakan yang pertama di Indonesia,” ungkap pria yang sehari-hari mengajar di Fakultas Teknik UB.
Mini broadcast di desa akan membutuhkan tenaga ahli yang dapat dimanfaatkan warga desa menjadi pekerjaan. Sehingga mini broadcast akan dapat dikelola oleh warga desa, sehingga potensi desa terus terpublikasi meski program MMD telah usai.
“Ke depan Desaverse juga akan dikembangkan untuk dapat menjadi marketplace berbagai produk desa sehingga dapat lebih mudah didapatkan oleh masyarakat wilayah lain yang menginginkannya,” pungkas Endra Yuafanedi Arifianto.
(Suliono, Kepala Desa Tulungrejo yang selalu sigap dalam mengatasi permasalahan di desanya)
Sementara itu dalam kegiatan Bincang dan Obrolan Santai (BONSAI) di Balai Desa Tulungrejo Kota Baru, Ketua Program MMD 1.000 Desa UB, Dr. Sujarwo, S.P., MP., menyampaikan dalam program MMD 1.000 desa ini Universitas Brawijaya menerjunkan 13.600 lebih mahasiswa dan 500 lebih dosen pendamping di 39 kabupaten dan 1 kota.
“Dengan program MMD ini maka mahasiswa dapat mengetahui secara langsung realitas di lapangan dimana kegiatan ini merupakan wujud eksistensi UB dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dapat membawa manfaat langsung ke masyarakat. Tidak menutup kemungkinan nanti akan dilaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat dan juga riset untuk pengembangan inovasi,” ungkap Sujarwo.
Di lokasi dan waktu yang sama, Kepala Desa Tulungrejo Kota Batu yakni Suliono menyampaikan apresiasi atas pemilihan desa Tulungrejo Kota Batu sebagai lokasi pelaksanaan program MMD.
“Terimakasih untuk UB telah memilih desa kami dimana kami sangat membutuhkan program MMD ini dimana potensi desa kami akan sangat terbantu melalui mini broadcast yang disediakan melalui program MMD ini Harapannya dengan berbagai program termasuk hibah yang diberikan akan dapat mendukung pengembangan potensi desa Tulungrejo. Dengan Mini Broadcast yang dibangun ini tentunya dapat mampu mengeksplore dan mempublikasikan potensi desa Tulungrejo secara lebih dibandingkan dengan media sosial,” pungkas Suliono saat ditemui di Wisata Desa Kuliner Tulungrejo. (DnD)