Peternak Jawa Timur Sepakat Kurangi Penggunaan Antibiotik

Jurnalismalang – Peternak yang tergabung dalam Pinsar Petelur Nasional (PPN) Cabang Jawa Timur, Pinsar Indonesia Cabang Jawa Timur dan Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) serta Komunitas Peternak Ayam Indonesia menggelar sarasehan peternak unggas dalam rangkaian kegiatan Pekan Kesadaran Antibiotik Sedunia yang berlangsung di Malang pada Jumat (16/11/2018).

Menurut drh Ni Made Ria Isriyanthi, Ph.D, Kasubdit Pengawas Obat Hewan Kementerian Pertanian, penggunaan antimikroba atau antibiotik di Indonesia sangat mengkhawatirkan, terutama di 3 provinsi sentra produksi unggas, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

“Kita dari pihak pemerintah harus memberikan sosialisasi dan pengawasan, kalau pelanggaran ya ada sanksinya terhadap peternak untuk menggunakan obat antibiotik dengan benar. Bahayanya jika tidak menggunakan dosis antibiotik yang tepat, akan berbahaya bagi kesehatan manusia, karena daging ayam yang dikonsumsi manusia sudah terkandung antibiotik. Peternak sebaiknya jangan memikirkan profit dengan memberikan antibiotik pada ayam yang tidak sakit dan antibiotik memang dapat menggemukan ayam, tetapi harus diingat jika kesehatan manusia tidak bisa dinilai dengan hal tersebut,” ungkap drh Ni Made Ria Isriyanthi, Ph.D saat ditemui usai memberikan pengarahan.

Untuk itu diterbitkanlah Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 14/2017, yang intinya pemerintah telah melarang penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (Antibiotic Growth Promotor/AGP) pada pakan ternak yang efektif berlaku per Januari 2018. Upaya ini dilakukan untuk mengendalikan penggunaan antibitiok pada sektor peternakan, sekaligus mendorong para peternak menghasilkan produk yang sehat untuk masyarakat.

Hal yang sama diungkapkan oleh drh Tri Satya Putri Naipospos, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia yang juga komisi ahli Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bahwa pemerintah sudah memberikan larangan dengan adanya Permentan, tapi penggunaan antibiotik dengan dosis yang kecil secara akumulatif, justru akan merangsang pertumbuhan lewat bakteri usus.

“Efeknya juga panjang, karena AGP yang terlalu sering digunakan untuk membunuh bakteri, lama kelamaan sudah tidak bisa membunuh bakteri dan solusi terakhir adalah ayam harus dipotong, karena saat sakit sudah tidak bisa diobati karena kebal dengan obat yang diberikan. Ingat ya peternak jangan lagi menggunakan antibiotik secara berlebihan, karena keuntungannya tidak sebanding dengan kerugian yang didapat,” tambah drh Tri Satya Putri Naipospos dengan semangat.

Untuk mengganti AGP, drh Tri Satya menyarankan peternak bisa menggunakan alternative lain seperti Probiotik, Prebiotik, Asam Organik, Minyak Esensial maupun Enzim. Namun yang terpenting, Ni Made Ria menambahkan, peternak harus bisa menerapkan biosekuriti tiga zona dan beternak dengan bersih, termasuk melakukan vaksinasi dengan tepat. Tujuannya, agar unggas lebih sehat dan produktif, jauh dari penyakit dan infeksi.

“Antibiotik tetap boleh digunakan, tapi hanya untuk pengobatan dan diberikan oleh dokter hewan serta digunakan sesuai dengan petunjuknya. Jangan hewan sehat terus aja diberi antibiotik, samalah seperti manusia masak supaya sehat dan tidak sakit, terus kita semua disuruh minum obat dan antibiotik, kan enggak kan masak orang sehat-sehat diminta konsumsi obat sakit,” pungkas Ria dengan bercanda.

Sementara itu Dr. Harri Parathon dari Komite Pengendali Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan menyebutkan, para peternak harus berperan aktif dalam mengendalikan bakteri yang kebal terhadap obat antimikroba. Menurutnya, saat ini obat kolistin sebagai agen terakhir untuk memerangi bakteri yang resisten terhadap antibiotik terkuatpun, ternyata telah banyak dilaporkan tidak efektif lagi.

“Makin sering kita minum antibiotik, bakteri makin bermutasi dan menjadi ganas. Demikian juga pada produk unggas yang dapat menyimpan residu lalu masuk ke tubuh manusia ketika dikonsumsi. Nanti lama kelamaan, kalau orang sakit gak usah beli obat antibiotik, tinggal makan ayam yang sudah terkontaminasi antibiotik saja setiap hari, kan sama saja mengkonsumsi obat lewat daging ayam, ” jelasnya sambil tertawa bersama awak media.

Untuk diketahui, para peserta sarasehan yang juga peternak unggas, juga menandatangani komitmen bersama untuk menciptakan pangan asal unggas bebas antibiotik dalam acara yang didukung Pinsar Petur Nasional (PPN) Lampung, Dinas Peternakan dan Perkebunan Propinsi Lampung, Pemerintah Kota Metro, Himpaudi dan IGTKI Kota Metro, PSMTI serta PMI. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top