Jurnalismalang — Sedianya peringatan sumpah pemuda jatuh pada 28 Oktober 2018, namun pagi tadi selasa (23/10/2018) di halaman parkir kantin Universitas Islam Malang di warnai gerak teaterikal dan koreografi kolosal oleh puluhan mahasiswa Fakultas Agama Islam dalam wadah Teater Watu, mengkritisi mental pemuda dalam tema “SUMPAH jangan jadi sampah PEMUDA”.
Chirul Anam, selaku pimpinan produksi pentas kolosal itu membeberkan bahwa aksinya bersama teman teman pegiat seni teater unisma memang sengaja menyoroti degradasi moral juga rendahnya jiwa nasionalisme hampir kebanyakan pemuda pemudi hari ini.
“Mas bisa lihat, bagaimana warung kopi bukan lagi menjadi tempat sakral bagi pemuda untuk bicara tentang hal hal positif sebagaimana dulu reformasi 1998 muncul dari gagasan obrolan warung kopi, saat ini semua di sibukan dengan game online di gadged masing masing, di tambah lagi di media sosial moral pemuda sungguh miris bahkan bagi saya seorang pemuda,” ungkap mantan ketua Teater Watu tahun lalu itu.
Replika pemabuk, pengguna narkoba, pergaulan bebas dan adegan apatisnya seorang pemuda terhadap kondisi sosial menjadi pembuka pertunjukan yang berlangsung selama 30 menit itu. Pembacaan puisi dan adegan pengibaran bendera di ujung pohon juga tersaji menjelang pementasan berakhir.
“Alhamdulillah, dari pihak Rektorat mendukung dan mengijinkan kami mengeksplore parkiran kantin, beberapa perwakilan dosen dari FAI Unisma selaku Fakultas yang mengakomodasi keberadaan Teater Watu ini juga hadir dan memberikan respon positif, semoga pertunjukan ini mampu menjadi refleksi bagi semua yang menyaksikan,” tutup Ahmad Syukrian Billah, selaku Ketua Teater Watu.
Teater dengan nama panjang Teater Wayang Tuhan (Watu) itu sukses membuat ratusan mata memenuhi area kantin dengan dua lantai itu. (Doi/DnD)