MALANG — Jurnalis Malang Raya yang terdiri atas jurnalis di Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu sepakat memboikot acara peringatan HUT TNI yang jatuh pada hari ini (5/10). Sikap ini merupakan buntut dari beberapa kasus kekerasan yang dilakukan anggota TNI kepada para jurnalis saat sedang bertugas meliput. Terakhir, seorang kontributor Net TV mengalami penganiayaan saat meliput di Madiun akhir pekan lalu.
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang Raya menolak meliput kegiatan HUT TNI. Koordinator Daerah IJTI Malang Raya Deni Irwansyah mengatakan sikap ini tidak bermaksud melemahkan institusi ketahanan negara. “Kami hanya menghormati kawan kami Sonny dari NET.TV yang belum sembuh lukanya dan masih istirahat setelah lelah menjalani pemeriksaan,” jelasnya pada Rabu (5/10) di Malang.
Jurnalis Malang Raya, lanjutnya, menghormati seluruh aksi menolak kekerasan terhadap jurnalis di seluruh daerah yang masih berlangsung secara masiv. “Kami terbuka untuk berdialog , namun tidak saat peringatan HUT TNI dan tidak di markas TNI,” tegasnya.
Meski demikian tidak ada larangan bagi jurnalis yang ditugaskan kantor medianya untuk melakukan peliputan. Kesepakatan ini adalah hasil diskusi terbuka seluruh Jurnalis Malang Raya dan diskusi antar organisasi, khususnya PFI, AJI, dan IJTI.
Pernyataan senada dilontarkan ketua PFI Malang Raya, Hayu Yudha Prabowo. Ia mengungkapkan seluruh jurnalis di bawah PFI Malang Raya tidak menghadiri undangan HUT TNI. Namun PFI Malang tidak mempermasalahkan apabila jurnalis harus meliput karena penugasan kantor masing-masing.
“PFI Malang tidak melakukan pelarangan terhadap anggota yang diberi tugas media tempat mereka bekerja meliput acara HUT TNI, karena kebanyakan anggota kami bekerja pada media lokal yang punya kepentingan dengan TNI di wilayahnya,” paparnya.