Utamakan Kesehatan Civitas Akademika, Dies UB Ke-61 Angkat Tema Sehat Bermartabat

Jurnalismalang.com – Dalam rangka Dies Natalis ke – 61, Universitas Brawijaya (UB) Malang menggelar rapat senat terbuka, di Gedung Samantha Krida UB Malang, pada Jumat (5/1/2024), yang mengangkat tema “Sehat Bermartabat”.

Ketua pelaksana Dies Natalis 61 UB Malang, Prof. Dian Handayani, SKM, M.Kes, Ph.D mengatakan, sehat yang dimaksud dalam tema Dies tahun ini, yakni tidak hanya sehat secara individu, tetapi juga secara civitas akademika, organisasi, dan institusinya, dimana sehat dalam sebuah institusi, berkaitan dengan kepemimpinan terbuka dan akuntabel.

“Untuk mendukung makna sehat bagi civitas akademika, kegiatan kali ini juga dilakukan skreening kesehatan bagi para dosen bergelar profesor dan pimpinan serta tendik. SDM UB seperti dosen, pimpinan dan tendik merupakan aset institusi yang harus dijaga kesehatannya agar dapat meraih prestasi yang optimal,” katanya.

Civitas UB diharapkan dapat terus bekerja dan berkarya, tanpa harus mengalami masalah burnout dan kelelahan kerja dan tidak punya waktu untuk diri sendiri, sehingga skrining kesehatan fisik dan mental sangat penting dilakukan.

“Gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik, polusi, terlalu banyak konsumsi makanan tidak sehat, stress pekerjaan dan belajar, akan memunculkan sejumlah penyakit degenaratif. Sehingga skreening ini diharapkan bisa memberi masukan ke fakultas-fakultas, yang nantinya bisa menjadi dasar kebijakan pimpinan untuk menciptakan atmosfir akademik dan non akademik yang mendukung di lingkungan UB,” tambahnya.

Sementara itu Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, yang juga hadir dalam acara Dies Ke – 61 UB Malang pun berharap kedepannya bisa terjalin kerjasama antara pihak Universitas dengan Bappenas, khususnya soal RS Pendidikan, yang diharapkan segera terealisasi.


(Rektor UB Malang, Prof. Widodo ditemui awak media usai mengikuti rangkaian Dies Natalis ke 61)

“Kita ingin mendorong kerjasama antara UB dan Unair dalam mengatasi adanya penyakit tertentu. Seperti penanganan Demam Berdarah yang saat ini riset intens sudah dilakukan di UGM, penyakit kanker di Unpad, dan teknologi medicine dengan ITB. Di UB ada yang lebih khusus lagi nanti akan kita gali dan semoga bisa segera kita realisasikan,” sampainya.

Suharso juga berharap, UB bisa menjadi institusi yang mampu memanfaatkan riset terapan dengan berbasis sumber daya yang dimiliki, seperti dalam bidang teknologi pertanian dan lainnya.

Menanggapi hal tersebut, Rektor UB Malang, Prof. Widodo menyampaikan, didirikannya rumah sakit pendidikan tidak hanya sekedar untuk mengobati pasien, tapi menjadi institusi yang bisa merespon sejumlah isu kesehatan global, tidak terkecuali masalah stunting dan diabetes.

“Perguruan tinggi diberi amanah untuk mengembangkan keilmuaan di bidang kesehatan. Sehingga melalui Rumah Sakit Pendidikan, nantinya akan berisi sejumlah riset yang bisa melakukan terapi dan diagnosis yang teknologinya belum ada dan inlining dengan SDM dan para profesor,” katanya.

Untuk itu, sambungnya, PT berkewajiban untuk mengembangkan SDM yang memahami dalam bidang riset, khususnya sains dasar.

“UB akan merespon hal itu dengan membuka prodi material science dan the future science,” pungkasnya. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top