UB Gelar Seminar Nasional Keberlanjutan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca

Jurnalismalang – Universitas Brawijaya menggelar Seminar Nasional Keberlanjutan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Mekanisme Nilai Ekonomi Karbon (NEK) yang digelar di Gedung Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UB, Sabtu (14/01/2023).

Rektor UB Prof. Widodo, SSi.,Msi.,Ph.D.,Med.Sc, Rektor UB mengatakan, Universitas Brawijaya terus berupaya dalam mendukung penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia, salah satunya dengan mengelola UB Forest yang berupa hutan didaerah Malang Selatan seluas 544 hektar, dimana 50 hektar berupa hutan lindung dan sisanya adalah hutan produksi.

“Adanya UB Forest adalah salah satu upaya untuk menjaga ekosistem alam, yang berfungsi untuk penyerapan air hujan dan juga untuk mencegah erosi, sehingga jika dilihat di google map daerah tersebut terlihat berwarna hijau sedangkan diluar wilayah UB Forest warnanya sudah tidak hijau. Ini adalah salah wujud nyata dari UB untuk menjaga kelestarian alam,” ungkap Prof. Widodo, SSi.,Msi.,Ph.D.,Med.Sc.

Menanggapi hal itu Eko Ganis Sukoharsono, Ketua Institute of Certified Sustainable Practitioners (ICSP) mengatakan, seminar kali ini dilatarbelakangi oleh berbagai upaya dalam pengendalian emisi gas rumah kaca yang sudah dimulai sejak 1977 melalui Protokol Kyoto, namun tidak menunjukan hasil yang signifikan. Oleh sebab itu, Kesepakatan Paris 2015 dianggap sebagai momentum untuk mengendalikan emisi Gas Rumah Kaca atau GRK secara lebih terstruktur, terencana dan penuh komitmen oleh masyarakat global.

“Masing-masing negara telah menyatakan komitmen penurunan emisi GRK. Indonesia berjanji menurunkan Emisi GRK sampai tahun 2030 sebesar 29 persen dengan upaya sendiri atau hingga 41 persen jika tersedia bantuan internasional,” katanya.

Salah satu keseriusan pemerintah dengan Tatalaksana Penerapan Nilai Ekonomi Karbon yang diatur melalui Permen LHK No 21/2022, 21 Oktober 2022 sebagai aturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon.

“Oleh karenanya, ICSP akan membahas isu ini dalam sebuah diskusi panel yang menghadirkan tiga panelis,” imbuhnya.

Direktur Eksekutif ESG Academy, National Center for Corporate Reporting, Dr Ali Darwin, Ak., M.Sc., CSRA menambahkan semua korporasi bisa ikut dalam melakukan penghijauan, karena ini juga menjadi kebutuhan bukan lagi persyaratan untuk menjaga lingkungan, memperhatikan dan peka terhadap perusahaan dan di area perusahaan.

“Keberlangsungan hidup dalam penghijauan menjadi tanggung jawab semua pihak, salah satunya adalah Perguruan Tinggi, menariknya disini UB bisa menjadi percontohan Perguruan Tinggi di Indonesia, bahkan bisa menjadi contoh bagi Perguruan Tinggi di dunia, karena sustainable harus dimulai dari kampus,” imbuh Dr Ali Darwin, Ak., M.Sc.

Hal itu ditutup oleh Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr Wahyu Marjaka yang menyampaikan materi seputar Mekanisme Nilai Ekonomi Karbon, bahwa Perguruan Tinggi sumber desain pembangunan untuk itu tidak bisa lepas dari Perguruan Tinggi, apalagi UB sangat serius mengerjakan UB Forest dalam menjaga penghijauan di daerah Malang Selatan.

“Kami sangat mengapresiasi atas kinerja dan keseriusan bapak Rektor UB dalam menjaga penghijauan dan sudah mengajukan proposal kembali untuk meminta lahan ke KLH yang akan diolah seperti UB Forest, ini adalah keseriusan yang harus dipikirkan oleh semua pihak,” pungkas Dr Wahyu Marjaka. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top