Jurnalismalang – Universitas Brawijaya kini memiliki profesor di bidang Imunologi dari Fakultas Kedokteran dan juga di bidang Ilmu Manajemen Keuangan dari Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB).
Prof Agustina Tri Endharti SSi PhD dari Fakultas Kedokteran meneliti tentang cacing tanah untuk imunoterapi komplementer kanker.
“Jadi awalnya kita melakukan pengujian sel, ternyata Lyso-Lectyn atau cairan yang dihasilkan dari cacing tanah, mampu menghambat perkembangan sel kanker dan setelah kami uji coba preklinis dengan memberikan Lyso Lectyn pada hewan yang terkena kanker, setelah kita amati ternyata cairan licin yang dikeluarkan oleh cacing tanah untuk menghindari dari serangan musuh itu, terdeteksi bisa menghambat pertumbuhan sel kanker,” ungkap Prof Agustina Tri Endharti SSi PhD.
Lebih lanjut profesor dari Fakultas Kedokteran itu menambahkan, sementara ini dirinya meneliti dua cacing tanah, yaitu cacing jenis Tiger Worm dan cacing jenis lumbricus rubellus yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.
“Saat ini yang menjadi pro kontra adalah kehalalan, tapi kita mengambil protein dari cairan cacing tanah tersebut. Wacana produksi massal untuk mengobati pasien yang terkena kanker, sangat diharapkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, karena bahan dasar yang tersedia sangat melimpah, murah dan mudah sehingga sangat potensial,” harap Prof Agustina Tri Endharti SSi PhD.
(Prof Dr. DRA Sumiati saat memberikan penjelasan terkait IMIFS di Samantha Krida)
Sementara itu Prof Dr Dra Sumiati MSi CFP dari Fakultas Ekonomi Bisnis meneliti tentang “IMIFS: Integrasi Modal Intelektual, Modal Fisik, dan Modal Sosial dalam Meningkatkan Kecepatan Inovasi dan Kinerja Berkelanjutan.
Profesor dalam bidang Ilmu Manajemen Keuangan itu menjelaskan, kinerja berkelanjutan meliput tiga aspek yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan, sehingga dalam perkembangannya perusahaan tidak hanya menitikberatkan pada profit saja, tetapi juga aspek lingkungan dan sosial.
“Disinilah modal intelektual dengan menggunakan kontak sosial dan interaksi sosial digunakan untuk membangun jaringan sosial dan kepekaan sosial. Peran model intelektual sangat dibutuhkan untuk mengambil keputusan investasi dan mendorong kecepatan inovasi, apakah manajer orang yang penghindar resiko atau manajer yang berani mengambil resiko,” jelas Prof Dr Dra Sumiati MSi CFP.
Prof Sumiati menuturkan, dalam pelaksanaan model IMIFS, perusahaan harus menjalankan empat langkah, yaitu peningkatan kualitas modal intelektual yang memiliki kecerdasan menyaring informasi, menangkap peluang investasi dan kecepatan inovasi sehingga pentingnya peran knowledge management.
“Terakhir yaitu perusahaan harus memiliki modal sosial yaitu kepercayaan, hubungan timbal balik dan interaksi sosial baik termasuk menjaga kelestarian lingkungan alam,” tutupnya mengakhiri sesi tanya jawab di Gedung Samantha Krida, Kamis (08/12/2022). (DnD)