Gado – Gado Kaki Lima Idola Warga Malang

Jurnalismalang – Jangan pernah mengaku sebagai pecinta kuliner enak di Kota Malang kalau belum pernah merasakan gado-gado kaki lima milik Pak Gatot. Kuliner ini bukan hanya sekadar enak, tapi harganya juga sangat terjangkau dan lokasinya mudah ditemukan, yakni di Jalan Dr. Sutomo, Blimbing, Kota Malang.

Meski dijajakan di pinggir jalan dan di atas sepeda motor, namun kualitas rasa gado-gado buatan Pak Gatot sudah sangat teruji dan terenak di Indonesia. Pada tahun 2002, gado-gado buatan pria kelahiran 1952 ini meraih juara saat tampil di lomba cipta menu nusantara di Universitas Negeri Malang (UM).

Gatot mengungkapkan, dia berasal dari Tlogosari Kabupaten Malang. Ia sudah merantau dan berjualan gado-gado di Kota Malang sejak tahun 1976. Dulu ia berjualan dengan membawa pikulan di daerah Pecinan Pasar Besar Kota Malang.

“Baru tahun 1992 saya mulai berjualan di Jalan Dr. Sutomo Kota Malang hingga saat ini, dengan mengambil tempat di ujung Jalan Dr. Sutomo tepatnya di bawah pohon mahoni,” jelas Gatot.

Di usia yang sudah tidak muda lagi, Gatot setiap hari berjualan mulai pukul 09.00 WIB bersama istri. Banyak pelanggan setia yang setiap hari membeli gado-gado yang dibuatnya, mulai masyarakat biasa hingga pejabat.

“Wali Kota Malang sering membeli gado-gado buatan saya. Selain itu, orang-orang Pemkot Malang juga sering datang ke tempat ini,” ujar Gatot.

“Salah satu potensi penunjang wisata kuliner kota Malang adalah khasanah kulinernya. Kebanyakan wisatawan yg bertandang ke kota Malang selalu bertutur akan enaknya kota Malang, maka Pemkot juga concern untuk menguatkan dan mengenalkan secara masive pelaku kuliner yg nota bene juga pilar dari UMKM, “dituturkan Walikota Sutiaji disela sela kegiatan dinasnya. Bahkan, Pak Aji demikian Walikota Malang akrab disapa, juga sering diminta dan ikut meng endorce secara gratis produk produk UMKM dan kuliner melalui kanal sosmednya.

Meski menjadi kuliner terenak dan disenangi masyarakat, Gatot mengaku hanya menjual secara di Jalan Dr. Sutomo. Hal ini dilakukan hingga saat ini karena dia tidak menggunakan handphone untuk melayani pembeli. “Bingung saya kalau harus nutul-nutul layar handphone. Karena tidak bisa, ya jualannya begini saja tidak ikut Gofood atau aplikasi yang lain,” terang Gatot.

Gatot mengaku membuat dan menjual gado-gado memang tidak mudah, butuh perjuangan setiap hari yang melelahkan. Di mana dia selalu bangun pukul 02.00 WIB, memasak lontong, kemudian dilanjutkan berbelanja di pasar.

Baru pukul 07.00 WIB selesai memasak gado-gado, kemudian berangkat dari rumah di Mergan Lori dan berjualan di Jalan Dr. Sutomo. Untungnya, saat ini dia sudah menggunakan sepeda motor. Dulu, waktu di Pecinan masih menggunakan sepeda pancal dan pikulan.

Sementara itu, salah satu pelanggan Budi Hartono mengatakan, dia sudah menjadi langganan Pak Gatot sejak masih berjualan di Pecinan Kota Malang. Mulai saat itu hingga saat ini, rasa gado-gado yang dijual Pak Gatot tidak pernah berubah.

“Baik bumbu kacang, emping melinjo, sayuran, kerupuk, hingga sambal yang dibuat masih seperti saat pertama kali saya beli dulu. Gado-gado Pak Gatot tidak kalah dengan masakan hotel bintang lima,” pungkas Budi. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top