Jurnalismalang, Malang – Momentum kemerdekaan RI yang patut disyukuri adalah saat di mana rakyat mengenang jasa para pahlawan, karena berkat perjuangan mereka Indonesia bisa menikmati kemerdekaan dan mampu menentukan arah masa depannya sendiri.
“Sejak diproklamirkannya kemerdekaan pada tahun 1945, perjalanan bangsa kita tidaklah mudah. Berbagai tantangan datang silih berganti, baik dari dalam maupun luar negeri,” papar H. Mahsul Hasoli, S.AP, inspektur upacara HUT Kemerdekaan RI di lapangan bola RW 06 Kelurahan Tlogomas, Malang, pada Minggu (17/08).
Dinamika sosial politik yang mewarnai perjalanan bangsa kita adalah ujian bagi Indonesia. Tema HUT Kemerdekaan RI tahun ini, yaitu Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera Indonesia Maju, merupakan cerminan arah yang ingin dicapai dengan bersandar pada persatuan, kedaulatan, dan kesejahteraan rakyat sebagai pondasi menuju Indonesia maju dan berdaya saing.
“Persatuan dalam keberagaman yang diwariskan para pendiri bangsa harus kita rawat,” tambah H. Mahsul. “Kita tidak ingin melihat saudara-saudara kita hidup dalam keterbatasan. Kita tidak ingin merdeka secara formal, tapi rakyatnya masih terbelenggu kemiskinan dan ketimpangan.”
Refleksi yang sama juga dikemukakan Kepala Pusdipwasbang Malang, Agustinus Ghunu, SE., M.MA., M.AP, selaku Ketua Pelaksana upacara yang diadakan bersama Unitri Malang. Menurutnya, antusiasme warga di berbagai tempat memasang bendera merah putih dan mengadakan banyak acara guna merayakan HUT Kemerdekaan sangat baik namun ada pertanyaan, sudahkah kita benar-benar merdeka?
“Apakah upacara ini hanya sekadar seremonial, dan apakah Gen Z, generasi muda saat ini dapat mengambil makna atau hikmah bahwa Indonesia sudah 80 tahun merdeka?” papar Agustinus. “Saya berharap adik-adik ini dapat mewarisi nilai-nilai patriotisme, cinta tanah air, dan bela negara, melalui kegiatan seperti Paskibraka.”
Ketika ditanya awak media tentang apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka, Agustinus tidak menampik bahwa kenyataan yang terjadi di Indonesia saat ini melenceng dari cita-cita para pendiri bangsa.
“Dengan fenomena situasi ekonomi saat ini, seakan-akan kita sedang dijajah oleh bangsa sendiri,” ujar Agustinus. “Melihat antusiasme warga, mereka sangat menghormati perayaan kemerdekaan. Tapi apakah penyelenggara negara bisa memahami bagaimana mensejahterakan rakyat?”
“Jadi kalau saya bertanya, benarkah kita sudah merdeka? Seharusnya kalau kita sudah merdeka, di internal bangsa kita sudah bisa menikmati kesejahteraan. Apa yang dibutuhkan rakyat adalah bagaimana caranya anak bisa sekolah, bisa makan, kesehatan juga, bukan tentang cara bagaimana bisa jadi pejabat” pungkasnya. (DnD)