(Prof. Dr. Agus Naba profesor aktif ke-27 dari Fakultas MIPA)
Jurnalismalang – Universitas Brawijaya menambah koleksi dua profesor baru di bidang Ilmu Sistem Cerdas dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta satu lagi di bidang Ilmu Bioteknologi Produk Perikanan dan Ilmu Kelautan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Sabtu (13/08/2022) di Samantha Krida Universitas Brawijaya Malang.
Prof. Agus Naba dalam pidato ilmiah pengukuhannya yang berjudul Pendekatan Heuristic Artificial Intelligence Modeling (HAIM) menyampaikan, untuk Mendukung Industri 4.0 teknologi sistem cerdas merupakan salah satu kunci dan memegang peran sentral sebagai driving face.
“Saat menggunakan teknologi sistem cerdas, akan menawarkan berbagai teknik pemodelan untuk membangun sistem yang cerdas berbasis data. Namun, masih terdapat beberapa kendala pada pemodelan sistem cerdas ini, salah satunya adalah data yang tersedia pada industri umumnya terisolasi atau spesifik, tidak konsisten dan berkualitas rendah,” jelas Prof. Agus Naba.
Dengan kualitas data yang buruk dan kompleks maka akan sulit menghasilkan sistem cerdas dengan model optimal. Model sistem cerdas yang dihasilkan bersifat black box yang validitasnya sulit dijamin sepenuhnya.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Agus Naba mengusulkan HAIM atau pemodelan sistem cerdas heuristik.
Strategi HAIM menyarankan tiga hal, yakni pendekatan deduktif atau gabungan deduktif-induktif lebih diprioritaskan, algoritma optimasi yang spekulatif diganti dengan yang lebih sistematis dan terarah, dan unit preprosesor untuk ekstraksi fitur unik data perlu didesain secara spesifik per kasus.

(Prof. Dr. Asep Awaludin Prihanto profesor aktif ke-15 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK)
Sementara itu, Prof. Dr. Asep Awaludin Prihanto dalam pidato pengukuhannya berjudul Model Perbaikan Produk Fermentasi Perikanan Tradisional dengan Comprehensive – Product Improvement Memanfaatkan Keilmuan Bioteknologi mengatakan, produk perikanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi oleh produk tradisional.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas produk adalah dengan metode pengawetan atau bisa disebut fermentasi adalah metode yang paling efektif, seperti pembekuan, penggaraman dan pengasapan terutama banyak digunakan pada ikan, agar dapat menghasilkan nilai lebih saat dikonsumsi.
Fermentasi merupakan metode pengawetan daging ikan yang murah, mudah dan hemat energi banyak digunakan untuk bekasam, bekasang, budu, cincaluk, jambal roti, peda, picungan, pudu, rusip, tukai, kecap ikan dan terasi.
“Cara yang saya ambil ini sangat mudah yaitu lewat olahan terasi, karena banyak orang yang tidak biasa makan menggunakan campuran terasi pasti mengalami sakit perut, tetapi dengan penelitian saya ini maka dari segi rasa jelas akan lebih beda, mengkonsumsi ikan dapat mengobati kardiovaskular dan memperlancar peredaran darah,” pungkas Prof. Dr. Asep Awaludin Prihanto dalam pidatonya.
Untuk diketahui dua profesor yang dikukuhkan di Gedung Samantha Krida kampus UB tersebut adalah Prof. Dr. Agus Naba sebagai profesor aktif ke-27 dari Fakultas MIPA dan profesor aktif ke-170 di UB, serta Prof. Dr. Asep Awaludin Prihanto sebagai profesor aktif ke-15 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) atau ke-171 UB dari 299 profesor yang telah dihasilkan kampus tersebut. (DnD)