Jurnalismalang – Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang kembali menghidupkan semangat kebhinekaan melalui kegiatan Festival Budaya bertajuk “Merayakan Keberagaman, Menjaga Kebudayaan: Menguatkan Identitas Bangsa dalam Bingkai Bhinneka”. Kegiatan ini menjadi momen penting setelah vakum akibat pandemi, menghadirkan nuansa inklusif dan semangat pelestarian budaya di lingkungan kampus.
Wakil Rektor III UNITRI, Dr. Erwin Ismu Wisnubroto, SP., M.Phil (Sc), menjelaskan bahwa festival ini merupakan bentuk aktualisasi dari kegiatan mahasiswa, khususnya Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di UNITRI.
“Sebelum pandemi, parade budaya rutin digelar. Setelah sekian lama terhenti, baru tahun ini parade budaya kembali diselenggarakan, sekaligus menjadi ruang bagi mahasiswa untuk menunjukkan identitas budayanya,” jelasnya.
Meriahkan Kampus, Libatkan Masyarakat
Rangkaian festival berlangsung selama dua hari, 28–29 Juni 2025. Di hari pertama, parade budaya digelar dengan rute mengelilingi area kampus: dimulai dari Kampus I menuju Kampus II kemudian Tlogomas-WHN, lalu kembali ke UNITRI. Mahasiswa mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, membawa simbol-simbol kultural, dan menampilkan tarian tradisional yang menggambarkan keberagaman budaya Nusantara.
Pada sore hari, kegiatan berlanjut dengan Dialog Budaya di GOR UNITRI. Kegiatan ini menghadirkan akademisi dari Universitas Negeri Malang dan Budayawan sekaligus anggota Pemuda Ekonomi Kreatif Kota Batu.
“Kami ingin menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap kondisi budaya saat ini yang mulai tergerus oleh zaman. Dialog ini penting sebagai ruang refleksi,” tambahnya.
Sedekah Bumi dan Panggung Budaya sebagai Puncak Acara Hari kedua festival akan diisi dengan Sedekah Bumi, melibatkan masyarakat sekitar kampus. UNITRI turut mengundang Karang Taruna serta para ketua RT dan RW sebagai bentuk sinergi antara kampus dan masyarakat. Puncaknya, akan digelar Panggung Budaya yang menampilkan berbagai pertunjukan seni dari mahasiswa lintas daerah dan UKM, termasuk bela diri seperti Taekwondo, Pencak Silat, dan Kera Sakti.
Dr. Erwin menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya seremonial, tetapi sarat makna.
“Kami ingin menanamkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa baru semester 2/3, tentang pentingnya menghargai dan melestarikan budaya. Meski berbeda asal, kita tetap satu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas
Kegiatan ini juga menjadi cerminan motivasi UNITRI dalam merawat nilai-nilai tradisi di tengah derasnya arus teknologi dan globalisasi. Menurut Dr. Erwin, festival ini diharapkan menjadi agenda tahunan kampus yang rutin dilaksanakan.
“Pesan utamanya adalah bahwa meskipun zaman semakin maju, budaya kita tidak boleh hilang atau tergeser. Justru harus terus diwariskan,” tegasnya.
Melalui festival ini, UNITRI tidak hanya membangun semangat kebhinekaan dalam kampus, tetapi juga memperkuat jalinan sosial dengan masyarakat sekitar, memperkokoh identitas budaya, dan memberikan ruang ekspresi yang bermakna bagi generasi muda Indonesia. (Hms/DnD)