Jurnalismalang, Malang — Cor Jesu Art Performance (CJAP) 2025 kembali digelar di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang, membawa semangat baru dalam balutan sejarah panjang pendidikan yang dibawa oleh para Suster Ursulin ke Kota Malang. Tahun ini, perhelatan seni tahunan SMAS Katolik Cor Jesu terasa istimewa karena menjadi bagian dari perayaan 125 tahun karya pelayanan Ursulin di Malang.
CJAP bukan sekadar pertunjukan seni, tapi juga ruang ekspresi dan kolaborasi antarsiswa dari seluruh unit pendidikan Kampus Cor Jesu—mulai dari KB-TK, SD, SMP, SMA, hingga SMK, serta melibatkan alumni. Dengan mengusung tema besar “Cahaya Sancta Trinitas”, panggung CJAP menampilkan pertunjukan lintas disiplin: musik, tari, teater, suara, dan seni rupa.
Kepala SMAS Katolik Cor Jesu, Agatha Ariantini, M.Pd., M.Psi., menyampaikan bahwa CJAP adalah buah dari proses pendidikan yang tidak hanya mengasah kemampuan akademis, tetapi juga karakter dan kreativitas peserta didik. “Setiap langkah di panggung ini adalah bentuk nyata dari nilai SERVIAM—aku mengabdi. Kami ingin siswa belajar memaknai sejarah, mewujudkan semangat kolaborasi, dan menyampaikan pesan lewat seni yang menyentuh hati,” ujarnya.
CJAP merupakan bagian dari ujian praktik Seni Budaya untuk siswa kelas X dan XI, namun tidak hanya berhenti pada aspek penilaian. Pertunjukan ini sudah menjadi ajang prestise internal Cor Jesu yang setiap tahun menampilkan bakat luar biasa dari generasi muda. Penonton diajak menikmati harmoni gerak, nada, dan warna yang menjadi wujud persembahan cinta untuk 125 tahun perjalanan panjang Ursulin di Malang.
Ketua panitia CJAP 2025, Alinia Indraswari, S.Pd., menegaskan bahwa seluruh proses pelaksanaan acara ini dikerjakan dengan semangat gotong royong dan dedikasi tinggi. “Kami tidak hanya menyiapkan pertunjukan. Kami membangun cerita. Anak-anak kami ajak menggali sejarah lembaga ini, memahami makna keberadaan Ursulin di Malang, lalu menerjemahkannya dalam bentuk karya seni,” jelas Alinia.
(Ketua Yayasan Dhira Bhakti, C. Fitri Murniati, OSU.,saat ditemui jelang dimulainya Art Performance 2025 Kampus Cor Jesu)
Sejarah kehadiran Ursulin di Malang dimulai pada 6 Februari 1900, saat empat suster pionir—Mère Angèle Flecken, Mère Xavier Smets, Mère Aldegonde Flecken, dan Mère Martha Bierings—mendirikan sekolah dan biara Katolik pertama di kota ini. Di tengah keterbatasan infrastruktur dan akses pendidikan, para suster berkomitmen memberikan layanan pendidikan yang layak bagi anak-anak. Komitmen itu tidak pernah surut, bahkan saat menghadapi masa-masa sulit seperti pendudukan Jepang hingga era pandemi.
CJAP 2025 juga menampilkan pameran seni rupa karya siswa, menyoroti kekuatan ekspresi visual dan daya cipta generasi muda. Melalui karya-karya tersebut, penonton dapat melihat bagaimana para siswa menyikapi sejarah, budaya, dan nilai-nilai iman dalam konteks kekinian.
Ketua Yayasan Dhira Bhakti, C. Fitri Murniati, OSU., menyampaikan apresiasinya atas dedikasi seluruh warga sekolah dalam menyelenggarakan CJAP. “Kami melihat panggung ini bukan hanya sebagai pertunjukan, tetapi sebagai ruang pertumbuhan. Di sinilah nilai-nilai spiritual, kreativitas, dan kebersamaan bersatu. Semangat SERVIAM yang diwariskan para pendahulu terus hidup melalui anak-anak muda ini,” katanya.
Dengan menampilkan lebih dari sekadar seni, CJAP 2025 menjadi simbol keberlanjutan karya pendidikan Ursulin—yang telah menanamkan benih pelayanan sejak abad ke-20 dan terus menyinari hingga abad ke-21. Acara ini bukan hanya menjadi refleksi sejarah, tetapi juga harapan akan masa depan yang terus bertumbuh dalam semangat kasih dan pengabdian. (DnD)