“Sulap” Batang Bambu Dan Limbah Kubis, Mahasiswa ITN Malang Jadi Salah Satu Lulusan Terbaik Wisuda Ke-70

Jurnalismalang.com – Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menggelar Wisuda ke-70 periode II Tahun 2023, yang akan meluluskan sebanyak 739 wisudawan, terdiri dari 18 wisudawan Pasca Sarjana, 401 wisudawan Sarjana dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTP), serta 320 mahasiswa S1 dan D3 dari Fakultas Teknologi Industri (FTI), dimana prosesi secara resmi digelar di ITN Malang, pada Sabtu (14/10/2023).

Tercatat ada tujuh wisudawan terbaik yang berhasil meraih predikat Cumlaude pada wisuda tersebut, yakni Soofiyah Dhiya Ulhaq, mahasiswa S1 prodi Teknik Kimia, dengan IPK 3,83, Achmad Akbar Marhananda, mahasiswa Teknik Elektro dengan IPK 3.85, Agung Setya Wahyudi dari Arsitektur dengan IPK 3.84, Diffa Adria Rahma Chiesa dari Teknik Informatika dengan IPK 3.83, Kevie Desderius dari prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) dengan IPK 3.78, dan Izza Nur Afida dari Teknik Mesin dengan IPK 3.48.

Produk brilliant berhasil diciptakan salah satu mahasiswa lulusan terbaik, yakni Soofiyah Dhiya Ulhaq, yang berhasil menciptakan inovasi baru, “menyulap” batang bambu dan limbah kubis menjadi bahan bakar alternatif pengganti arang, yang dinilai ramah lingkungan.

Soofiyah menjelaskan bahwa inovasi yang Ia ciptakan merupakan hasil dari proses penelitian “Pengaruh Variasi Kuat Tekan Alat Press dan Variasi Komposisi Batang Bambu dengan Limbah Sayuran Kubis Terhadap Kualitas Biobriket”.

“Latar belakangnya karena energi fosil di dunia yang semakin berkurang, sementara kebutuhan energi terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan sektor industri. Otomatis harus ada pembaruan untuk antisipasi, jadi ada energi alternatif pengganti bahan bakar fosil,” ujarnya.

Selain itu, penelitiannya juga dilatarbelakangi banyaknya limbah sayuran di sejumlah pasar di Kota Batu terutama kubis, yang menurutnya sulit diolah lagi, namun Ia memanfaatkan daun kubis untuk penelitiannya, karena daun kubis dinilai memiliki kandungan air yang rendah, sehingga memudahkan proses karbonisasi.

“Penelitian ini tujuannya untuk mengetahui kualitas biobriket yang terbaik, yang ditinjau dari pengaruh kuat tekan dan variasi komposisi bambu dengan kubis. Sedangkan metodenya, saya gunakan metode karbonisasi,” terangnya.

Soofiyah melanjutkan, Ia memilih bambu sebagai bahan bakunya, karena bambu memiliki kandungan selulosa dan lignin yang tinggi, dan untuk memastikan biobriket tidak menjadi arang saat proses pembuatannya, sejumlah bahan yang telah dihaluskan, harus ditambahkan tepung tapioka setelah proses karbonisasi sebelum dicetak, dimana penggunaan tepung tapioka merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan kinerja biobriket, serta mencegahnya menjadi abu yang mudah hancur selama proses pembakaran.

“Kandungan selulosa bambu itu memiliki nilai komposisi terbesar yang berkontribusi pada laju pembakaran yang baik. Setelah dicetak, biobriket ini bisa langsung digunakan tanpa dikeringkan dulu,” pungkasnya. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top