Jurnalismalang – Tim Universitas Brawijaya yang terdiri dari Prof Dr. Aulanni’am, drh., DES; dr. Syifa Mustika, Sp.PD-KGEH., Dyah Kinasih Wuragil, S.Si., MP., M.Sc., drh. Yudit Oktanella, M.Si.
Judul Inovasi tim tersebut yakni Antibodi poliklonal berbasis protein spesifik 156 kDa, Upaya pengembangan deteksi antibody terhadap SARS-Cov2. Merupakan inovasi untuk deteksi respon imunpasca vaksinasi covid-19.
Produksi antibodi Covid-19 untuk pengembangan Rapid Diagnostic Test (RDT) yang berkualitas sangat diperlukan pada masa pandemi ini. RDT untuk mendiagnosa wabah penyakit baru cenderung bermasalah karena berpotensi menghasilkan negatif palsu atau positif palsu; karena perbedaan target genetik, mekanisme penyebaran penyakit belum jelas, belum tersedianya reagen; atau karena metode pemeriksaan yang belum terstandar, dan kesalahan penanganan sampel.
Inovasi alat tes diagnostik ini melekatkan gen target yang spesifik pada alat diagnostik, untuk mengikat antibodi yang spesifik dan mencegah reaksi silang, sehingga dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitasnya. Selain itu, pembuatan antibodi Covid-19 dari peptida gen target memiliki keuntungan karena aman, mudah distandarisasi, spesifik, reprodusibel, dan mudah dikembangkan untuk produksi dalam skala besar secara in-vitro.
Keunggulan metode ini diantaranya Kit Deteksi Post Vaksin Covid-19 menggunakan antibodi poliklonal 158 kDa yang merupakan anti-IgG spesifik; untuk mengidentifikasi respon imun pasca vaksinasi enam bulan, sembilan bulan, hingga satu tahun. Kedua, memerlukan sample darah lebih sedikit dibanding test ECLIA Anti-SARS-CoV-2, sehingga meminimalisir rasa tidak nyaman saat pengambilan sample. Ketiga, pengujian ini tidak memerlukan peralatan laboratorium khusus, yang mahal. Keempat, kemudahan dari Kit Deteksi Post Vaksin Covid-19 dapat menunjang evaluasi vaksinasi hingga ke pelosok Indonesia, karena cukup menggunakan fasilitas kesehatan yang sederhana.
Inovasi ini berpotensi ditawarkan ke pemerintah, sebagai bagian dari program vaksinasi Covid-19, dalam rangka pengendalian pandemi, menurunkan resiko penularan, dan membangun herd immunity; maupun ditawarkan kepada masyarakat yang secara pribadi dan mandiri ingin mengetahui status kekebalan dirinya terhadap ancaman Covid-19. Selain itu, inovasi ini dapat menjadi dukungan nyata bagi program percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan, serta penggunaan alat kesehatan produk dalam negeri.(ST/DnD)