Manfaatkan Teknologi AI dan IoT, Dosen UB Mampu Kelola Ratusan Hektar Lahan UB Forest

Jurnalismalang – Julukan Universitas Brawijaya sebagai Universitas AI memang tidak diragukan lagi, salah satunya dalam memanfaatkan teknologi kecerdasan AI dan Internet of Things (IOT), dalam mengawasi dan mengelola UB Forest yang merupakan salah satu hutan milik Universitas Brawijaya.

Rifqi Rahmat Hidayatullah, Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) yang juga Manajer Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Kawasan Hutan UB Forest menyampaikan, jarak yang terlalu jauh dan luasnya UB Forest yang mencapai 544,74 hektar tentu tidak bisa dilakukan pengawasan secara manual.

“Apalagi jika masih menggunakan kamera sederhana dengan menggunakan baterai dan memory card, beberapa perangkat tersebut sering hilang saat dipasang di beberapa titik, ditambah baterai yang tidak dapat bertahan lama membuat petugas penjaga konservasi UB Forest harus berkali-kali, melakukan penggantian dan pengecekan,” ungkap Rifqi Rahmat di acara Ngobrol Santai (Bonsai) yang dilakukan oleh tim Humas UB Malang.

Ngobrol Santai kali ini mengangkat tema Inovasi Teknologi IoT untuk Pengelolaan Hutan, dimana dalam prakteknya pengelolaan UB Forest sudah memanfaatkan teknologi AI dan IoT, sehingga mampu mendeteksi keberadaan macan atau hewan liar lainnya, termasuk waspada kebakaran seperti yang pernah terjadi saat bencana kekeringan pada 2 hingga 3 tahun lalu.

Rifqi Rahmat menambahkan, sulitnya sinyal di gunung Arjuna juga tidak menjadi masalah lagi dengan program IoT, karena semua hal bisa melaporkan kepada pengelola jika terjadi sesuatu, termasuk teknologi solar cell yang dapat mengisi baterai, sehingga setahun bisa satu hingga dua kali melakukan pengecekan, tidak perlu lagi sering melakukan pengecekan ke lokasi.


(Rachmad Andri Atmoko saat menjelaskan pada saat Ngobrol Santai di Gedung Widyaloka, Rabu 11 Desember 2024)

Hal yang sama disampaikan oleh Kepala Laboratorium IoT dan Human-Centered Design (IoT & HCD) Fakultas Vokasi UB, Rachmad Andri Atmoko, bahwa teknologi IoT ini memiliki tiga keunggulan utama.

Pertama, efisiensi dan akurasi monitoring yang mampu mendeteksi ancaman, seperti penebangan pohon ilegal.

Kedua, integrasi AI dan IoT menggunakan teknologi You Only Look Once (YOLO) untuk mendeteksi objek dengan cepat dan ketiga, dukungan terhadap pengelolaan berkelanjutan yang sesuai dengan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) UB Forest.

“Karena alat yang dimiliki oleh UB Forest ini masih bersifat prototipe, maka di tahun 2025 mendatang pihaknya akan mencari funding untuk pengembangan dan pembuatan alat camera trap saat ini. Selain itu, kedepan juga akan menggunakan teknologi drone, serta penambahan perangkat untuk pengawasan dengan jarak yang lebih berdekatan,” tambah Rachmad Andri Atmoko.

Sementara Mochammad Roviq, Kepala UPT Pengelola Kawasan Hutan (UB Forest) menjelaskan, UB Forest adalah Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) untuk pendidikan dan pelatihan, sekaligus pusat penelitian dan pengembangan.

“KHDTK ini juga dapat bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran seperti therapy stres terutama pada Gen Z, atau Fakultas Teknik dalam menerapkan teknologi yang diperbaharui,” pungkasnya. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top