(Sekretaris Universitas Brawijaya Dr. Tri Wahyu Nugroho, S.P.,M.Si saat membuka acara Ngobrol Santai bersama media)
Jurnalismalang.com – Menghadirkan wartawan Nasional dan Malang Raya, Universitas Brawijaya (UB) Malang menggelar Bincang dan Obrolan Santai (Bonsai) bersama para pakar, dengan mengangkat tema bertajuk “Karakter Pemilih Pada Pilkada Kota Malang”, di Kedai Griya Gayatri Jalan Veteran 6B UB Malang, pada Kamis (12/09/2024).
Kegiatan tersebut menghadirkan 2 narasumber, yakni Andhyka Muttaqin S.AP., M.PA, Ketua Tim Peneliti Perilaku Pemilih di Era Digital, serta Novy Setia Yunas, S.Ip., M.Ip, Dosen Ilmu Politik FISIP UB dan Ketua Bidang Kerjasama BP2M FISIP UB.
Andhyka Muttaqin S.AP., M.PA, dalam penjelasannya membahas soal peta politik dan kontribusi akademisi dalam Pemilukada Kota Malang, serta membagi karakteristik pemilih kedalam beberapa klasifikasi, termasuk didalamnya peran Petronase dan Politik Uang, Segmentasi Pemilih dan isu lainnya.
“Ada pemilih tradisional dan pemilih rasional. Sedangkankan untuk segmen pemilih muda di Kota Malang ini, dengan adanya pengaruh kampus besar seperti UB dan UM, cenderung lebih kritis dan memiliki kecenderungan untuk memilih calon yang dianggap mampu membawa perubahan, dan mereka lebih responsif terhadap sejumlah isu global,” jelasnya.
Ia pun menyampaikan bahwa jika dilihat dari perspektif politik, situasi di Pemilukada Kota Malang antara beberapa pasangan calon, yakni Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin, Abah Anton-Dimyati Ayatullah dan Heri Cahyono-Ganis Rumpoko, mencerminkan dinamika kekuatan politik yang kompleks dan penuh strategi, oleh karenanya peran akademisi dalam Pemilukada Kota Malang yang dinamis sangat penting, terutama dalam konteks memberikan kontribusi intelektual, penguatan demokrasi dan peningkatan kualitas politik lokal.
(Novy Setia Yunas, S.Ip., M.Ip, Dosen Ilmu Politik FISIP UB saat menjelaskan terkait Pilkada Kota Malang)
Sementara itu, Novy Setia Yunas, S.Ip., M.Ip., menjelaskan soal Perilaku Politik di Era Digital Dalam Perspektif Sub Kultur Jawa Timur, dimana menurutnya Pemilu 2024 ini juga menjadi penanda bahwa terdapat beberapa perubahan terhadap persepsi pemilih, maupun pendekatan politik yang digunakan oleh berbagai kandidat.
“Hal tersebut didorong oleh banyaknya jumlah pemilih muda atau gen Z pada Pemilu Tahun ini. Kalau data dari KPU, 52 persen dari total 200 juta lebih penduduk Indonesia, masuk dalam DPT tahun ini,” tuturnya.
Ia melanjutkan, perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap berbagai perubahan, mulai dari perilaku pemilih masyarakat, metode kampanye dari konvensional ke digital, pola rekruitmen dan pendidikan politik berbasis teknologi atau media sosial.
“Disrupsi teknologi yang sejalan dengan dominasi pemilih muda saat ini, juga menggeser pola patronase politik. Kalau dulu orang yang punya power atau berkharisma, saat ini adalah mereka atau sosok yang jumlah followernya di dunia maya itu banyak,” sambungnya.(DnD)