Jurnalismalang.com – Bertempat di Gedung Samantha Krida, Senat Akademik Universitas Brawijaya (UB) Malang melantik dua Profesor dari Fakultas Pertanian, yakni Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini,M.S., dalam bidang ilmu Akarologi Tanaman, dan Prof. Dr. Ir. Sri Rahayu Utami, M.Sc., dalam bidang ilmu Geokimia Tanah, dimana pengukuhan secara resmi diselenggarakan pada Selasa (27/06/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Retno memaparkan tentang “Strategi Hijau Untuk Kelestarian Kehidupan Tungau Yang Harmoni di Agroekosistem”, dimana penelitian tentang hewan tungau tersebut, merupakan penelitan yang pertama dilakukan dilakukan di Indonesia.
Menurut Prof. Retno, strategi hijau merupakan bagian dari berbagai strategi pengendalian hama tungau terpadu yang bersifat preemtif dan korektif.
“Strategi ini pada dasarnya adalah rekayasa ekologi untuk menyehatkan lahan, tanaman, dan mendatangkan musuh alami seawal mungkin, serta mengupayakan agar populasinya senantiasa setinggi mungkin, yang didapat melalui implementasi praktik kultur teknis, khususnya manipulasi habitat, penerapan tanaman inang yang tahan hama melalui evaluasi biologi dan parameter demografi, dan penerapan peran kompleks musuh alami,” ujarnya.
Lebih lanjut Prof. Retno menyampaikan bahwa keunggulan dari strategi tersebut adalah pemahaman bahwa tungau merupakan bagian penting dari ekosistem.
“Beda dari konsep terdahulu yang mengabaikan kelestarian tungau akibat pengendalian yang lebih menitikberatkan pada aplikasi pestisida secara konvensional, sehingga banyak menimbulkan gangguan dan ketidakseimbangan dalam agroekosistem. Tapi untuk dapaf hasil maksimal, penerapannya masih perlu penelitian lanjutan, demikian pula beberapa tindakan pengendalian yang dipilih, tampaknya tidak selalu mudah diterapkan,” lanjutnya.
Prof. Retno menambahkan, Akarologi merupakan ilmu yang relatif baru di Indonesia, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut dan seterusnya, untuk mendapatkan pakar-pakar yang memahami kehidupan tungau, untuk mengatasi permasalahan tungau hama di berbagai tanaman.
“Berbagai penelitian ini yang nantinya akan terus dikembangkan, adalah bagian upaya untuk mengatasi tungau hama secara terpadu, agar populasinya selalu berada pada ambang batas yang tidak merugikan, sehingga produksi yang optimal bisa tercapai,” pungkasnya.
(Prof. Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Sc.,saat memberikan paparan didepan awak media)
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Sc.,memaparkan tentang konsep “GeoBioKim SL, Untuk Manajemen Kesuburan Tanah Pada Lahan Pertanian Terdampak Erupsi Gunung Api.”
Menurutnya, Erupsi Gunung Api merupakan bencana alam yang mengakibatkan banyak korban, namun juga memberi manfaat positif untuk memperbaharui kesuburan tanah.
“Dengan melepaskan unsur hara yang terkandung, dapat memperbaiki kondisi tanah, namun membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dimanfaatkan dalam jangka pendek, dan diperlukan juga modifikasi perilaku untuk memperbaiki kondisi tanah kembali subur dalam wakti dekat, pasalnya lahan pertanian yang terdampak erupsi, memiliki kendala sifat fisik, kimia, dan biologi tanah bagi pertumbuhan dan produksi tanaman”, terangnya.
Untuk memperbaiki kesuburan tanah, Prof. Sri Rahayu mengenalkan konsep GeoBiokim SL Konsep, yang merupakan perpaduan antara teknologi biologi baik vegetatif dan mikroorganisme fungsional, dan kimia yang terdiri atas amandemen organik dan anorganik, sebagai upaya untuk menanggulangi dampak erupsi.
”Disebut spesifik lokal, karena menggunakan vegetasi dan mikroorganisme yang adaptif pada wilayah terdampak, serta berdasar pilihan petani,”jelasnya.
Lebih lanjut Prof. Sri Rahayu menyampaikan bahwa Keunggulan konsep tersebut dibandingkan teknik sebelumnya adalah adanya penggunaan vegetasi dan mikroorganisme lokal, sehingga diyakini dapat tumbuh dan bertahan dalam kondisi lahan terdampak erupsi ekstrim. Selain itu, vegetasi berdasar pilihan petani juga menjamin tingkat adopsi yang tinggi. Namun, kelemahannya adalah konsep ini baru diaplikasikan pada skala pot, dan membutuhkan uji coba lebih lanjut pada skala yang lebih luas.
Pihaknya berharap konsep yang Ia buat, bisa mengembangkan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat sekitar, untuk menggali potensi daerah dalam mengembangkan sistem pertanian yang adaptif dan menguntungkan secara ekonomi dan ekologi.
”Mengingat bahwa sistem agroforestri ternyata lebih tahan terhadap dampak erupsi dan lebih cepat pulih, maka penerapan sistem agroforestri dengan tetap memprioritaskan pilihan petani, akan lebih menjanjikan baik secara ekonomi maupun lingkungan,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Prof. Retno Dyah merupakan profesor aktif ke-31, sementara Prof. Sri Rahayu merupakan profesor ke-30, yang keduanya dari Fakultas Pertanian UB Malang. (DnD)