Jurnalismalang – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menambah jumlah dua guru besar baru yaitu Prof. Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd. pada bidang pendidikan matematika dan Prof. Dr. Rr Eko Susetyarini, M.Si. pada bidang biologi reproduksi, pada Selasa (11/10/2022).
Dalam pengukuhan pagi tadi, Prof. Dr. Rr Eko Susetyarini, M.Si (Pendidikan Biologi) menyampaikan orasi mengenai “Beluntas dan Antifertilitas serta Implementasinya dalam Pembelajaran”. Dirinya menilai bahwa Indonesia merupakan megadiversitas dengan keanekaragaman tumbuhan yang berbentuk pohon, perdu, dan semak.
“Salah satu tanaman bentuk perdu yaitu beluntas, bermanfaat sebagai sumber makanan dan obat. Dalam hal ini, obat yang ia kembangkan merupakan antifertilitas yakni suatu zat atau bahan yang menyebabkan tidak terjadinya fertilisasi antara spermatozoa dengan ovum. Di masyarakat, antifertilitas digunakan sebagai program kontrasepsi dengan harapan menjarangkan kelahiran,” ungkap Prof. Dr. Rr Eko Susetyarini, M.Si dalam orasinya.
Penelitiannya tentang beluntas sebagai antifertilitas bermula dari fakta, bahwa selama ini antiferlititas pada pria belum banyak diterapkan. Adapun saat ini, antifertilitas pria yang tersedia hanya sterilisasi atau suntikan testosterone. Namun menurutnya, perlu adanya pengembangan obat tradisional antifertilitas pria secara oral atau diminum.
“Penelitian ini telah melalui uji preklinis ke hewan, dengan melakukan uji coba tikus putih jantan yang menunjukan bahwa pemberian bubuk daun beluntas berkhasiat sebagai antifertilitas. Hal tersebut juga ditunjukkan dari hasil screening DNA mitokondria spermatozoa,” imbuh Prof. Dr. Rr Eko Susetyarini, M.Si.
Sementara itu Prof. Dr. Dwi Priyo Utomo,M.Pd (Pendidikan Matematika), menyampaikan orasi terkait “Mengembangkan Pemahaman Relasional Siswa: Mengutamakan Pengetahuan Konseptual atau Prosedural?” Menurutnya, pemahaman relasional membantu siswa membangun skema untuk menghubungkan ilmu yang sudah mereka ketahui, dengan pengetahuan yang baru. Pengembangan ide-ide dalam memecahkan soal matematika juga berangkat dari sana.
“Pemahaman relasional berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan konseptual. Namun, di lapangan, terjadi perdebatan tentang mana yang harus diutamakan antara kedua pengetahuan tersebut. Padahal, hakikatnya, hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural bersifat bilateral,” jelas Prof. Dr. Dwi Priyo Utomo,M.Pd.

(Prof. Dr. Dwi Priyo Utomo,M.Pd. saat menyampaikan Orasi di Theater Dome UMM)
Pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan konseptual dan prosedural, harus disempurnakan sehingga menjadi lebih jelas. Penjelasan yang lebih rinci dapat mengubah pembelajaran tradisional yang umumnya bersifat prosedural menjadi pembelajaran yang juga mengutamakan pengetahuan konseptual.
Selain pengukuhan dua guru besar dari FKIP UMM, acara semakin meriah dengan adanya peluncuran lima Center of Excellence (CoE) FKIP UMM. Mulai dari CoE Konsultan Pendidikan dari Prodi PGSD, CoE Media dan Animasi Pendidikan Digital dari Prodi Pendidikan Matematika dan English for Hospitality dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Pun dengan CoE Entrepreneur Perbukuan dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, dan CoE Sekolah Wisata Sejarah Digital dari Prodi PPKn.
Menanggapi hal itu, Rektor UMM, Dr. Fauzan, M.Pd. menilai bahwa kedua guru besar itu merupakan pribadi yang memiliki etos tinggi serta kerja keras yang tak kenal lelah.
“Saya sangat mengapresiasi atas capaian tertinggi dalam bidang akademik yang sudah diraih kedua guru besar ini, karena keduanya sangat berdedikasi terkait keilmuan yang digeluti,” ungkap rektor yang murah senyum itu.
Fauzan berharap, dengan bertambahnya profesor yang dimiliki UMM, kontribusi yang diberikan juga makin tinggi. Baik di level nasional, tapi juga pada tingkat global, serta korelasinya terhadap pengembangan UMM yang tengah berakselerasi dalam program internasionalisasi.
Dalam kesempatan itu, turut memberikan selamat ketua BPH UMM sekaligus Menko PMK RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP. Ia mendorong dosen-dosen lain untuk segera mengikuti jejak keduanya. Apalagi guru besar merupakan pangkat tertinggi bagi para dosen.
“Saya juga ingin agar para profesor UMM dapat mempublikasikan ide-idenya, tidak hanya lewat publikasi ilmiah jurnal, tapi juga publikasi di ruang publik. Maka, upaya itu bisa dilakukan para guru besar dengan masif agar memberikan dampak positif,” tambahnya. (DnD)