Jurnalismalang – Indonesia dalam 20 puluh tahun kedepan, akan mengalami masa emas karena pada tahun 2045 mendatang, ekonomi Indonesia diprediksi akan lebih bagus dibanding saat ini dan juga negara tetangga di Asia lainnya. Hal itu dikarenakan, saat ini 70 persen penduduk Indonesia berusia produktif yang mencapai 321 juta jiwa, sehingga kebutuhan informasi sangatlah penting untuk menunjang bonus demografi yang akan terjadi.
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sangat mendukung dalam pembangunan Bangsa Indonesia, salah satunya dengan mengukuhkan tiga Professor di bidang pendidikan, Rabu (16/02/2022) di Teater Dome UMM.
Prof Dwi Poedjiastutie, M.A., Ph.D mengambil judul Model Pengembangan Institusi Profesi Guru (LPTK) dan Kebutuhan Guru Bahasa Inggris di Indonesia untuk Memenuhi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0.
“Hal itu dikarenakan posisi Indonesia saat ini berada di peringkat 70 dari 100 negara dalam hal kecakapan Bahasa Inggris pada guru-guru di Indonesia atau bisa dibilang penguasaan Bahasa Inggris pada guru masih rendah. Padahal guru diharapkan bisa menginspirasi para siswanya, untuk belajar dan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan baik. Untuk itu solusi yang harus dilakukan adalah perbaikan dari hulu ke hilir dalam penguasa Bahasa Inggris, agar dapat bersaing di abad 21 apalagi adanya bonus Demografi di tahun 2045 mendatang,” ungkap Prof Dwi Poedjiastutie, M.A., Ph.D.
Sementara itu Prof. Dr. Baiduri, M.Si.
lebih menonjolkan pada generasi muda untuk Berpikir Relasional: Alternatif Menyelesaikan Masalah dengan lebih bijak, karena mahasiswa perlu dibekali dengan kecakapan dalam menyelesaikan masalah sedini mungkin, salah satunya dengan pembelajaran Matematika.
“Generasi muda sangat perlu diberikan pembelajaran pentingnya pemecahan masalah, bukan tentang menghafal tetapi bagaimana menalar sebuah masalah untuk dapat ditemukan solusinya dan tidak menimbulkan masalah baru. Untuk itu dibutuhkan pemikiran yang relasional dalam memecahkan masalah, mengikuti langkap Polya yang memahami masalah tidak hanya melihat yang tampak atau tertulis, tetapi juga memahami secara kontekstual dan sosio historis,” jelas Prof. Dr. Baiduri, M.Si. yang dilahirkan di Ulak Embacang, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Tak hanya itu, Prof Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd. melengkapi dengan Model Pembelajaran Interaktif Digital Integratif Multimodal (PIDIM) untuk mengembangkan Literasi Humanistik (Penggabungan Data – Teknologi dan Manusia).
“Menyongsong masyarakat 5.0 sangat diperlukan Literasi Humanistik, karena dituntut kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah dengan kreatif dan inovatif, didasari sikap komunikatif kolaboratif serta terampil dalam menggunakan teknologi dan media informasi untuk menghadapi masalah yang semakin kompleks. Hal itu harus ditunjang dengan mengembangkan minat baca sebagai awalnya dan diikuti dengan menyimak dan menyampaikan hasil belajar kepada orang lain,” imbuh Profesor dari Pendidikan Bahasa Indonesia UMM itu.
Menyikapi hal itu semua Fauzan, Rektor UMM mengucapkan selamat atas diraihnya gelar profesor pada ketiga pendidik UMM itu, diharapkan UMM dapat bertambah kuat dan cepat dalam melakukan pembelajaran futuristik dalam menghadapi problem solver
“Pembelajaran di UMM harus bertanggung jawab atas problem di masyarakat, harus peka dalam tuntutan jaman, rendahnya kualitas SDM karena adanya sistem yang tidak peka terhadap pembelajaran. Guru atau dosen harus ada arah yang kongkrit, agar peserta didik bisa beradaptasi terhadap tuntutan jaman, karena hal itu berdampak pada gaya belajar anak sekarang. Kalau dulu dominasi pembelajaran di kelas dan perpustakaan, kini teknologi informasi jadi nafas anak muda, dosen harus mengupdate dirinya sendiri pada perkembangan jaman yang merupakan hakikat guru sebenarnya,” tambah Fauzan Rektor UMM yang terkenal ramah dan sederhana itu. (DnD)