Jurnalismalang – Berawal dari hobby bermain basket, Arthur salah satu Alumnus SMUK Cor Jesu membuat lapangan basket disamping rumahnya, dimana sebelumnya lahan tersebut dimanfaatkan untuk bengkel konstruksi milik orang tuanya.
Arthur Abraham mengungkapkan, pandemi sangat membuat keuangan keluarganya morat marit (berantakan), hal itu karena pria yang sering disapa chef itu, harus keluar dari tempat dirinya bekerja di Jakarta dan menemani sang istri yang hamil tua di Malang.
Naas disaat baru membuka usaha makanan dan istrinya yang baru melahirkan, ternyata ada pandemi dan memaksa dirinya menutup usaha yang baru dirintisnya itu.
“Mau meneruskan bengkel konstruksi, jelas kami kalah dengan bengkel baru yang sudah mengandalkan teknologi baik untuk pengukuran dan pemotongan bahan. Saat itu keuangan keluarga sangat morat marit, apalagi terkena pandemi jadi bisnis makanan yang saya rintis hanya seusia jagung, banyak masyarakat dilarang keluar, sekolah tutup, jadi pembeli hampir tidak ada,” ungkap Arthur bercerita sambil menerawang masa lalunya.
Dirinya melanjutkan cerita perjalanan hidupnya yang sering bermain basket bersama para pelatih basket di Kota Malang, seperti biasa usai basket kumpulan pelatih bersama dirinya melanjutkan cerita seru sambil makan-makan.
“Jadi semua ini diawali makan-makan, saya tanya apa kendala basket di Kota Malang, hampir semua pelatih mengatakan kalau faktor lapangan yang memadai dengan harga terjangkau sulit didapatkan di Kota Malang. Apalagi banyak murid yang ingin berlatih private Basket kepada pelatih, tetapi lagi-lagi terkendala lapangan mahal dan sulit didapatkan,” tutur pria berbadan besar itu kepada Jurnalismalang.com.
Lebih lanjut lapangan yang ada di Jalan Lematang no 8 Kota Malang itu, dinamai L8, juga dilengkapi mini resto dan salon yang dapat dimanfaatkan oleh kaum hawa, sambil menunggu putra putrinya bermain basket.
“Awalnya saya mau beri trial main gratis, tetapi ternyata banyak yang datang untuk menyewa lapangan, jadi harga sewa lapangan dibuat dalam tiga kategori, untuk pagi hanya enam puluh ribu rupiah, sore seratus ribu dan malam seratus dua puluh lima ribu untuk per jamnya, kini Puji Tuhan keuangan sudah mulai tertata dan keinginan pelatih basket memiliki lapangan bersewa murah dapat terwujud,” pungkas bapak beranak satu itu. (DnD)