Jurnalismalang – Kota Malang yang sudah berstatus kota besar mendekati Kota Metropolitan, harus menerima konsekuensi dalam perkembangan jaman, yaitu mengalami pertumbuhan jumlah kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 sebanyak 150 unit kendaraan baru setiap harinya.
Oong Ngadiyono, Kabid Angkutan Umum Dishub Kota Malang mengatakan, pertumbuhan jumlah kendaraan baru sangat bombastis, sehingga dalam beberapa kajian yang telah dilakukan oleh Dishub, kemacetan selalu terjadi di persimpangan jalan, ini dikarenakan armada transportasi mengalami pertumbuhan jumlah yang sangat besar, tetapi tidak diimbangi dengan penambahan atau pembangunan jalan baru.
“Kota Malang yang sudah masuk sebagai kota besar, sudah dicoba untuk mengatasi kemacetan yang terjadi, dengan menyusun Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW), akan tetapi volume kendaraan yang cukup besar sudah tidak bisa diimbangi dengan pelebaran jalan, karena sisi kanan kiri jalan sudah dibangun perumahan atau bangunan lainnya. Sementara untuk merubah jalan poros yang ada, sangat sulit dilakukan karena berstatus jalan nasional yang dikelola dan dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur, sehingga Pemkot Malang akan menyalahi aturan jika merubah atau membangun jalan lingkar, sebelum disetujui oleh provinsi,” ungkap Oong dalam dialog yang digelar oleh PWI sebagai rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) ke 73 di ITN Malang.
Sementara itu Dr. Ir. Nusa Sebayang, MT
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN Malang mengungkapkan, masalah kemacetan di Kota Malang ini sangat penting untuk mendapatkan solusi pemecahannya, jika berbicara tentang kemacetan, maka harus ada definisi tentang kemacetan yakni terjadinya gangguan yang menyebabkan kendaraan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
“Karakteristik kota Malang ini kan ruas jalan pendek dengan luas jalan yang terbatas, sehingga sering terjadi kemacetan di titik-titik persimpangan, sehingga ada alternative penyelesaian kemacetan yang paling parah adalah membangun fly over, under pass atau jalan lingkar. Selain itu, perlu ada pembatasan jumlah kendaraan dan merubah perilaku masyarakat, untuk mau menggunakan angkutan massal apalagi saat ini transportasi online juga menjadi salah satu penyumbang kemacetan di Kota Malang,” jelas pria kelahiran Sumatra itu.
Menanggapi hal itu Dr. Ir. Kustamar, Rektor ITN Malang mengungkapkan, dirinya pernah dikritik oleh masyarakat, karena ITN Malang memiliki banyak pakar tetapi Kota Malang sendiri sangat macet.
“Dengan event ini saya sangat berterimakasih kepada Pemkot Malang dan rekan media, karena mengajak semua elemen untuk hadir dan mencari solusi memecahkan kemacetan yang ada, entah nanti apakah dengan rekayasa lalu lintas di titik kemacetan atau pembangunan jalan baru, karena pakar transportasi ITN Malang sering diminta membuat masterplan untuk memecah kemacetan diluar Kota Malang,” pungkas Rektor yang murah senyum itu.
Ketua PWI Malang Raya, M. Ariful Huda juga turut hadir dan menyampaikan terimakasih kepada ITN Malang, yang sudah memfasilitasi pelaksanaan kegiatan diskusi sebagai bentuk kepedulian wartawan atas kondisi wilayah Kota Malang yang semakin macet
“Dengan membedah bersama beberapa stakeholder, maka diharapkan akan ada solusi yang bisa dihasilkan dan sinergitas antara akademisi atau perguruan tinggi dengan wartawan dan lembaga profesi wartawan PWI Malang Raya,” tutur pria tambun itu. (DnD)