IBU Malang Semakin Terkenal di Manca Negara

Jurnalismalang – Persaingan Perguruan Tinggi untuk mendapatkan mahasiswa saat ini memang semakin ketat, apalagi bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang harus bersaing dengan Perguruan Tinggi Negeri ternama yang selalu menjadi jujugan lulusan SMA sederajat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tapi hal itu sepertinya tidak berlaku bagi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo yang lebih akrab disebut IBU Malang, karena hampir setiap tahun pihaknya harus menolak ribuan calon mahasiswa yang mendaftar, akibat sudah penuhnya kuota mahasiswa yang diterima, meski pendaftaran belum waktunya ditutup.

Jacqueline Kitchner (31) salah satu mahasiswa asing IKIP Budi Utomo asal Jerman, mengaku sangat senang menjalani study di IBU, meski dirinya baru empat bulan mengikuti proses perkuliahan di Fakultas Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) dengan mengambil mata kuliah Budaya, ternyata sudah membuat dirinya merasa nyaman, terutama dalam hal mengenal kerajinan membatik yang merupakan salah satu program budaya di IBU Malang, selain pelajaran Pencak Silat, dimana tim Pencak Silat IBU Malang ternyata baru saja menjuarai kompetisi di tingkat Internasional.

“Saya mengenal IBU Malang ini dari Sae Yamaguchi teman saya dari Jepang, yang sebelumnya juga pernah study di IBU Malang. Setelah berbicara banyak tentang pengalaman Yamaguchi kuliah di IBU, saya tertarik untuk mendaftar dan berangkat bersama suami saya Manuel Kitchner. Sangat excited kuliah disini, nanti setelah saya lulus pasti akan saya beritahu teman-teman saya di Jerman, untuk mencoba dan belajar budaya Indonesia di IBU Malang,” jelas Jacqueline yang sedikit mulai lancar berbahasa Indonesia itu.

Sementara itu Kim Seowon, Mahasiswa Asing IBU Malang yang mengambil program Darmasiswa atau mendapat bantuan dari pemerintah, mengaku belajar membatik sangat sulit, tapi hal itu tidak membuat dirinya menyerah meski harus belajar selama 5 bulan untuk pelajaran membatik.

“Step by step dalam membatik sangat sulit, tetapi batik ini unik dan tidak ada di Korea, saya sangat suka dengan motif dan warnanya. Batik hasil kreasi saya sudah selesai dan saya kirim ke ibu saya di Korea, ternyata ibu saya sangat suka dengan kreasi saya dalam membatik, ” jelas Kim dengan tersenyum bahagia.

Nurcholis Sunuyeko, Rektor IKIP Budi Utomo (IBU) Malang mengaku sangat bangga bisa memberikan pelajaran membatik kepada mahasiswa asing, meski hanya mengenalkan sedikit demi sedikit budaya Bangsa Indonesia, diharapkan dapat membuat Warga Negara Asing (WNA) bisa mencintai Indonesia dan merasakan keramahan penduduknya.

“Kedepan IBU akan mencoba bekerjasama dengan Perguruan Tinggi di Eropa, karena selama ini IBU sudah menjalin Perguruan Tinggi di tingkat ASEAN. Diharapkan dengan terkenalnya IBU maka dapat menggairahkan kunjungan wisatawan ke Malang atau Indonesia, baik untuk tujuan wisata atau study di IKIP Budi Utomo Malang. Dari enam ribu mahasiswa yang ada saat ini terdapat 22 mahasiswa asing yang menjalani study di IBU Malang, dimana 7 mahasiswa dibiayai negara asalnya (Darmasiswa) dan 15 mahasiswa lainnya mengeluarkan biaya sendiri, karena kuliah di IBU Malang sangat murah,” tegas Rektor yang juga menjabat Ketua FORKI Kota Malang itu.

Nurcholis menambahkan, terdapat 5 hal yang menjadi dasar pembelajaran di IBU Malang, yaitu ke Indonesiaan, kemanfaatan, kepedulian, kepatutan dan kepatutan yang mengajarkan bergaul di masyarakat dengan didasarkan norma atau nilai yang berlaku di masyarakat, termasuk mahasiswa asingnya yang berasal dari Jerman, Kroasia, Jepang, Korea, Afganistan dan Italia. (DnD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top