Malang – Setelah Universitas Brawijaya berhasil menciptakan alat untuk mendeteksi seseorang mengidap diabetes melitus atau tidak, dengan membutuhkan waktu hanya 30 menit saja, membuat Dirjen Dikti bangga dan meminta Universitas Brawijaya (UB) untuk terus berinovasi.
Menurut Dirjen Sumber Daya IPTEK Dikti RI
Prof.dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.d dalam sambutannya pada saat Grand Launching GAD65 Diagnostic Kit, yang selanjutnya akan melakukan kerjasama antara Institut Biosains UB dan PT Bio Farma (Persero), Kamis (23/06/2016), sistim kerja pendeteksian dini diabetes dengan Monoklonal Antibodi memang sangat rumit dalam penelitiannya, tapi ternyata UB berhasil menciptakan sebuah alat deteksi dini bagi penderita diabetes.
“Saya dulu pernah melakukan penelitian seperti ini, tapi karena membutuhkan kesabaran ekstra akhirnya says keluar dari tim riset. Sangat bagus sekali jika tim peneliti dari UB, bisa merealisasikan karya ilmiah dan bisa dikomersialisasi dengan bekerjasama pihak ketiga atau Bio Farma yang saat ini memfasilitasi,” ungkap Dirjen Dikti itu dalam sambutannya.
Akan tetapi Universitas Brawijaya melalui Rektor M. Bisri juga mendapat pekerjaan rumah oleh Dikti, yaitu diminta menciptakan penemuan lainnya, karena masih banyak hal yang perlu ditemukan untuk mengobati berbagai penyakit di Indonesia.
“Banyak sekali penyakit yang menyerang penduduk Indonesia, untuk itu pak Rektor (UB) saya minta untuk menciptakan lebih banyak lagi penemuan atau obat oleh anak bangsa, agar Indonesia tidak terus melakukan impor yang nilainya juga sangat besar,” pungkasnya kepada awak media.
Sementara itu Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. Rektor Universitas Brawijaya Malang langsung menyatakan siap untuk menjalankan perintah dari Dikti, untuk mengembangkan dan memperbanyak penemuan baru untuk pengobatan masyarakat, dengan harga yang lebih murah dan dapat meringankan biaya BPJS, yang kini menjadi andalan pemerintah dalam bidang kesehatan.
“Mengenai validitas penemuan ini, tim Biosains UB sudah melakukan riset sepanjang delapan tahun, dengan mencoba di berbagai suhu normal hingga ekstrim, ternyata produk ini dapat bertahan dimanapun. Mengenai ijin produksi, memang Brawijaya tidak diperbolehkan untuk memproduksi obat atau alat semacam ini, sehingga untuk ijin produksi akan menggandeng koperasi dan ijin edar akan lewat Bio Farma,” ungkap Rektor UB yang selalu ramah pada siapapun itu.
Alat GAD65 Diagnostic Kit atau deteksi dini diabetes ini sudah dipatenkan selama 20 tahun, sehingga akan dilindungi oleh negara.(DnD)